SOLOPOS.COM - SEDERHANA--Rumah salah satu tersangka teroris, Hendro Yunanto, 35, di Cemani Baru RT 3/RW XV, Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo, sedang dalam perbaikan, Minggu (15/5). Karena dalam perbaikan itulah, Hendro bersama isteri dan anaknya mengontrak rumah di Dukuh Ngronggah, Desa Sanggrahan, Grogol. (JIBI/SOLOPOS/Hanifah Kusumastuti)

Hujan deras mengiringi langkah sekelompok wartawan ke kediaman orang tua salah satu tersangka teroris, Hendro Yunanto, 35, di Dukuh Cemani Baru RT 3/RW XV Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo, Minggu (15/5) malam. Di rumah orang tua Hendro, Manto dan Marjiyem yang terletak di ujung gang buntu selebar satu meter itu, isteri Hendro, In dan anak-anaknya kini mengungsi.

SEDERHANA--Rumah salah satu tersangka teroris, Hendro Yunanto, 35, di Cemani Baru RT 3/RW XV, Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo, terlihat sedang dalam perbaikan, Minggu (15/5). Karena dalam perbaikan itulah, Hendro bersama isteri dan anaknya mengontrak rumah di Dukuh Ngronggah, Desa Sanggrahan, Grogol. (JIBI/SOLOPOS/Hanifah Kusumastuti)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketika itu, isteri Hendro dan anak-anaknya sedang duduk lesehan di ruang tengah sambil menyaksikan televisi. Tapi, begitu mengetahui ada tamu yang datang, In buru-buru masuk ke dalam kamar. Manto yang duduk di sebuah kursi kayu tepat di depan pintu, juga enggan dimintai komentar seputar keberadaan jenazah Hendro, pascapenyergapan di Gang Kantil III Desa Sanggrahan, Grogol, Sabtu (14/5), yang menewaskan Hendro bersama Sigit Qurdowi, serta seorang pedagang angkringan kemarin. Lelaki berambut putih dan berperawakan kurus itu menolak kedatangan wartawan secara halus.

Sampun mbak, mbenjing mawon. Niki, lagi berduka. Mbenjang mawon nek sampun padang. Ngapunten (Sudahlah, mbak, besok saja, Ini masih berduka. Besok saja kalau sudah reda),” papar Manto sambil tersenyum.

Manto hanya menjawab secara singkat sedikit pertanyaan dari juru warta. Seperti kondisi jenazah Hendro, yang sampai kini, belum ia ketahui keberadaannya. Manto juga belum tahu, kapan jenazah anak kedua dari empat bersaudaranya itu akan dikirim pulang.

Menurut informasi yang digali dari para tetangganya, Hendro hidup dalam kesederhanaan. Sebenarnya, Hendro memiliki rumah sendiri di Cemani Baru, yang jaraknya hanya beberapa langkah dari rumah orang tuanya. Tapi rumah yang berukuran sekitar 15 meter persegi di atas saluran irigasi itu sedang dalam perbaikan.

“Sejak rumahnya dibetulkan, karena atapnya bocor, Hendro kemudian mengontrak di Desa Sanggrahan. Soalnya kalau mau ke rumah orang tuanya, di sana juga sempit,” jelas Ketua RW setempat, Kateni.

Menurut Kateni, Hendro adalah sosok yang pendiam. Sejak kecil, Hendro dikenal tidak pernah neka-neka. Ia rajin beribadah dan pergi ke masjid. Sejak menikah dengan In dan memiliki dua orang anak, Hendro banting tulang mencari nafkah sebagai penjual cakwe. Biasanya mangkal di SD-SD sekitar sini. Sejak pindah ke rumah kontrakan di Sanggrahan juga masih berjualan,” papar Kateni.

Warga Cemani Baru lainnya, Sri Suwarni, 71, menyatakan sikap Hendro menjadi berubah sejak beberapa tahun terakhir. Jika sebelumnya Hendro suka bertegur sapa dengan tetangganya, beberapa tahun ini dia cenderung pendiam. “Seperti tidak kenal dengan tetangga. Dia jadi jarang bertegur sapa. Tapi kalau isterinya itu tetap baik dan ramah,” papar Sri.

Oleh: Hanifah Kusumastuti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya