SOLOPOS.COM - Atlet paralayang asal Sukoharjo, Thomas Widyananto, menunjukan medali-medali yang dia raih saat ajang PON XX di Papua beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Solopos.com, SUKOHARJO – Para atlet yang sudah menua kebanyakan akan mengalami penurunan performa dan capaian prestasi pada ajang kejuaraan bergengsi. Namun, hal tersebut tak berpengaruh pada atlet paralayang asal Sukoharjo, Thomas Widyananto, yang berhasil menyabet empat medali sekaligus di ajang PON XX Papua sebelum memutuskan untuk pensiun.

Solopos.com berkesempatan berbincang dengan pria yang saat ini menjadi staf bidang olahraga di Dispora Sukoharjo tersebut Senin (18/10/2021). Dia bercerita karier profesionalnya dimulai dengan mengikuti ajang PON 2008 di Kaltim. Saat itu, dia yang mewakili kontingen Jateng berhasil menyabet empat medali emas sekaligus.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Karena itu PON pertama saya, pencapaian itu menjadi yang berkesan bagi saya. Apalagi langsung dapat empat medali emas. Ditambah karena prestasi tersebut saya diganjar diangkat menjadi PNS hingga saat ini,” beber dia.

Baca juga: Mustakim Peraih Emas PON Papua Lari 58 Km dari Salatiga ke Klaten

Tak berhenti sampai di situ, karir Thomas di cabang olahraga paralayang terus moncer dengan berbagai pencapaian seperti menyabet dua medali emas di ajang Asian Beach Games 2008, empat emas di Sea Games 2011 Jakarta, Asian Beach Games 2014 menyabet satu medali emas dan satu medali perak. Selain menjadi menjadi pemain, dia juga berprestasi membawa tim paralayang Indonesia menyabet medali emas pada kejuaraan dunia di Serbia sebagai pelatih.

Pensiun

Thomas mengatakan pencapaian karir atlet terbaiknya diraih pada ajang PON 2012 lantaran saat itu dia menyabet tiga medali emas dan dua medali perak dari total pencapaian tim Jateng lima medali emas, tiga medali perak, dan tiga medali perunggu.

“Yang terakhir, saya dapatkan itu di PON XX Papua. Saya langsung dapat empat medali, satu medali emas, dua medali perak, dan satu medali perunggu. Itu merupakan PON terakhir saya sebelum saya memutuskan pensiun,” imbuh dia.

Baca juga: Atlet Difabel Grobogan Targetkan Enam Emas di Peparnas XVI Papua

Setelah memutuskan pensiun, Thomas mengaku tidak akan lepas dari dunia paralayang. Dia mengaku sudah memilih tetap di dunia olahraga paralayang sebagai pelatih.

“Kemarin saat menjadi atlet kan saya juga diminta jadi asisten pelatih dan pelatih timnas. Sekarang saya juga menarget bisa berprestasi lagi bukan sebagai pemain lagi tapi benar-benar sebagai pelatih,” kata dia.

Ditanya target jangka pendek, Thomas mengaku ingin mengembalikan kejayaan cabor paralayang di Jateng. Pasalnya, saat ini prestasi paralayang paling banyak dicapai oleh kontingen dari Jatim. Untuk hal tersebut dia berharap dukungan dari pemerintah bisa dimaksimalkan pada cabor paralayang.

“Saya ingin menjadikan Jateng nomor 1 lagi di ajang PON. Kekurangan sebenarnya ada di support sistem yang belum semaksimal kalau dibandingkan Jatim. Untuk bakat sebenarnya melimpah banyak regenerasi anak muda yang punya bakat juara. Tapi kembali lagi semua butuh dukungan dari pemerintah,” ungkap dia.

Baca juga: Tim Atletik Putri Jawa Tengah Pecahkan Rekor PON

Melalui pencapaiannya saat ini, Thomas berharap olahraga paralayang bisa semakin berkembang di tingkat nasional maupun internasional. Pasalnya, saat ini Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia untuk cabor paralayang kelas akurasi.

“Pastinya itu juga harus didukung jaminan kesejahteraan dari atlet. Tidak dipungkiri, yang diperhatikan masih cabor yang terkenal seperti badminton dan sepakbola. Saya inginnya merata semua. Tapi tiga tahun terakhir ini sudah semakin baik. Semoga kedepannya semakin baik,” terang dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya