SOLOPOS.COM - Menag di Haul Gus Dur (Kemenag.go.id)

Haul Gus Dur dihadiri oleh Menag yang juga memberikan sambutan.

Solopos.com, JAKARTA — Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memberikan sambutan pada peringatan enam tahun wafatnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)/Haul Gus Dur, di Komplek al-Munawwaroh, Jl Warung Silah No 10, Ciganjur Jakarta Selatan, Sabtu (26/12/2015) malam.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Dalam Haul yang bertema Merawat Tradisi, Merajut Hati tersebut, Menag seperti dilansir Kemenag.go.id, Minggu (27/12/2015), melihat banyak peninggalan (jasa) yang ditorehkan Gus Dur. Dari banyak peninggalan Presiden RI ke-4 ini, Menag melihat ada tiga jasa fenomenal dikenangnya.

Pertama, Gus Dur adalah sosok yang mampu mengangkat posisi pesantren dari posisi yang tidak dilihat, menjadi sebuah entitas yang punya nilai dan tradisi khas yang telah berusia ratusan tahun. Bahkan, pada 22 Oktober lalu, Pemerintah akhirnya mengapresiasi dunia pesantren dengan mendeklarasikan Hari Santri Nasional.

“Di sinilah, kaum Santri mempunyai tanggung jawab lebih untuk pro aktif dalam menjaga dan memelihara Republik ini,” kata Menag yang malam itu mengenakan pakaian hitam dan berpeci hitam.

Kedua, Gus Dur adalah sosok terdepan yang mampu menyelesaikan hubungan antara Islam dan Pancasila, tanpa setetes darahpun tertumpah. Menag bercerita, Penguasa Orde Baru pada akhir Tahun 1970-an ingin semua ormas, apapun itu, berasaskan Pancasila. Di sini, Gus Dur mampu menjelaskan dan menyelesaikan resistensi antara Pancasila dan Islam. “Gus Dur mampu mengurai, bahwa Islam lah yang memberi ruh Pancasila,” kata Menag.

Hal ketiga, menurut Menag, Gus Dur mampu mengingatkan sekaligus memahamkan kepada masyarakat, bahwa kemajemukan, keberagaman dan pluralitas merupakan realitas, bukan hanya Indonesia, namun juga dunia. Bahwa kemajemukan adalah sunnatullah; kehendak Allah SWT.

“Gus Dur dibanyak kesempatan, menyatakan bahwa perbedaan adalah anugerah, agar kita saling mengisi, melengkapi dan menyempurnakan. Bicara tentang kemajemukan, tidak bisa tanpa Gus Dur, apalagi saat itu, situasi belum mendukung seperti sekarang ini,” tegas Menag.

Menag melihat, Pemahaman Islam Gus Dur adalah Islam inklusif, sebuah pemahaman yang tawasut, tasamuh, i’tidal, tawazun. Sebuah Islam Wasathiyyah yang menghargai perbedaan sehingga manusia bisa saling melengkapi.

“Haul ini bukanlah untuk sekedar mengenang Gus Dur. Lebih dari itu, peringatan ini adalah agar kita termotivasi dan terinspirasi nilai-nilai yang diperjuangkan Gus Dur yang hingga kini masih relevan,” ungkap Menag.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya