Jakarta–Tanpa dukungan organisasi keagamaan, polisi dinilai akan kesulitan mengungkap pelaku bom di Hotel JW Marriot & Ritz-Carlton. Hal itu karena polisi tidak lagi berkoordinasi dengan ormas keagamaan.
“Saya pikir polisi susahlah menangkap pelakunya (Bom) karena tidak ada koordinasi,” kata Hasyim kepada wartawan di Hotel Grand Mahakam, Jl Mahakam, Jakarta Selatan, Rabu (5/8).
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Hasyim mengaku, dalam upaya mengungkap pelaku bom kali ini, PBNU dan organisasi keagamaan tidak lagi diajak berperan. Padahal dulu koordinasi yang dilakukan polisi dengan organisasi keagamaan sangat intens.
“Dulu hampir setiap 2 minggu sekali kita diskusi dengan Pak Hendro (Hendropriyono KaBIN) dan Pak Dai (Dai Bachtiar Kapolri). Sekarang tidak ada (dari polisi) kalau dari lintas agama ada,” katanya.
Pencegahan aksi terorisme, lanjut Hasyim, tidak bisa hanya dilakukan dengan gerakan intelijen dan keamanan semata. Gerakan masyarakat dianggap lebih massif dan meluas.
“NU dapat bergerak melalui jajarannya dibidang wawasan keagamaan untuk menghilangkan fundamentalisme. Jadi selain gerakan intelijen, hukum, dan keamanan, ada juga gerakan keagamaan dan kewilayahan,” ujarnya.
Ia pun berharap, pola gerakan penanganan terorisme kali ini juga menerapkan koordinasi seperti dulu. Jangan sampai sibuk mengawal pemilu, yang menyebabkan polisi akhirnya kebobolan.
“Nah, sekarang ini engga ada Mas, mungkin sibuk ngurusi pemilu mereka,” katanya.
dtc/fid