SOLOPOS.COM - Ekspresi kegembiraan siswa saat hasil Ujian Nasional diumumkan. (JIBI/Solopos/Antara/ilustrasi)

Hasil US/M 2016, ratusan siswa SD/MI di Sragen memperoleh nilai 100.

Solopos.com, SRAGEN–Sebanyak 316 orang siswa sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) di Bumi Sukowati mendapat nilai 100 atau sempurna pada ujian nasional (UN) 2016. Kendati mendapat nilai sempurna, mereka belum tentu langsung diterima di SMP/MTs negeri dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang dibuka mulai Kamis-Sabtu (23-25/6/2016).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari ratusan siswa itu, peraih nilai sempurna untuk mata uji bahasa indonesia hanya satu orang. Nilai 100 paling banyak diraih 266 siswa untuk mata uji matematika dan 88 orang untuk mata uji ilmu pengetahuan alam (IPA).

“Artinya, mata uji Bahasa Indonesia itu lebih sulit daripada matematika dan IPA. Faktanya kan demikian,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen, Tatag Prabawanto, saat bertemu Solopos.com, Minggu (19/6/2016).

Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan (Disdik) Sragen, Kusmanto, saat ditemui Solopos.com, Senin (20/6/2016), menjelaskan jumlah siswa SD/MI dan SD luar biasa (SDLB) di Sragen sebanyak 14.671 orang. Sebanyak 14 anak di antaranya, kata dia, tidak bisa mengikuti UN karena meninggal dunia, pindah penduduk, dan mengundurkan diri.

“Kalau dilihat dalam lingkup satu Provinsi Jawa Tengah, prestasi UN SD/MI tahun ini meningkat bila dibandingkan tahun lalu. Sragen menempati rangking ke 14 dengan nilai total tertinggi mencapai 230,70,” kata dia.

Kusmanto menerangkan kendati mendapat nilai sempurna mereka tetap mengikuti prosedur PPDB SMP. Dia menyampaikan mereka belum tentu langsung diterima karena hanya siswa yang memiliki prestasi nasional dan internasional yang langsung diterima di sekolah negeri. Dia mengatakan sebenarnya PPDB SMP mulai di buka pada Senin kemarin tetapi khusu suntuk kuota dari siswa miskin.

Dia dihadapkan pada persaingan PPDB SD negeri yang harus bersaing dengan swasta. PPDB SD dimulai Senin-Rabu (20-22/6/2016). Untuk bersaing dengan sekolah swasta, Kusmanto berusaha memperbaiki sarana dan prasarana SD agar bisa bersaing dengan SD swasta. Persaingan ketat itu justru terjadi di wilayah kota kecamatan dan daerah pedesaan.

“Atas dasar itulah, Disdik menggagas adanya sekolah pembina minimal satu SD di setiap kecamatan mulai 2017. Kalau dulu ada istilah SD unggulan, sekarang diubah polanya menjadi SD pembina. Seperti SDN 4 Sragen itu merupakan SD pembina yang membawahi 10 sekolah imbas. Dengan pola seperti itu SD-SD bukan favorit masih bisa bertahan di bawah binaan SD favorit,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya