SOLOPOS.COM - Mellina Abriyanti (tengah) berfoto dengan kedua orang tuanya dan Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Wonosari Agus Suryana (kiri) di ruang kepala sekolah, Rabu (10/6/2015). (JIBI/Harian Jogja/David Kurniawan)

Hasil UN SMP siswa ini tertinggi di DIY, tetapi dia terancam tak dapat melanjutkan sekolah.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Meski berhasil meraih nilai tertinggi dalam Ujian Nasional (UN) tingkat sekolah menengah pertama (SMP) di DIY, masa depan Mellina Abriyanti belum jelas. Keterbatasan biaya menjadi masalah utama.

Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda

Mellina Abriyanti belum tiba di sekolahnya, SMP Negeri 1 Wonosari, Rabu (10/6/2015) pagi. Sesuai undangan yang telah disebar kepada para walimurid, pengumuman kelulusan baru akan disampaikan pada pukul 10.00 WIB. Namun, banyak wartawan yang sudah menunggu kedatangan Mellina, peraih nilai tertinggi UAN tingkat SMP/MTs. Salah satu petugas keamanan SMP Negeri 1 Wonosari pun disuruh menjemput Mellina di rumahnya, Dusun Piyaman II, Piyaman, Wonosari. Awak media menunggu di ruang kepala sekolah.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Negeri 1 Wonosari, Sri Wahyuni, mengungkapkan Mellina merupakan salah satu siswa cerdas di sekolah itu. Dia selalu masuk peringkat 10 besar tiap semester.

Meski demikian, Mellina belum pernah menduduki peringkat tertinggi di kelas. Prestasi terbaik yang diperoleh Mellina adalah saat ditunjuk sebagai salah satu duta Olimpiade Sains Nasional tahun lalu. Saat itu, langkah Mellina terhenti di tingkat provinsi.

“Hasil UN merupakan kejutan yang luar biasa bagi kami. Kami menduduki peringkat ke-9 di seluruh DIY. Tetapi dari sisi individu, siswa kami meraih nilai tertinggi,” ujar Sri.

Sekitar 30 menit berselang, Mellina datang. Mengenakan seragam SMP, Mellina langsung masuk ke ruang kepala sekolah. Satu per satu jurnalis langsung disalami. Tak lupa ia memberikan salam penghormatan kepada guru yang hadir di tempat itu. Mellina ditemani kedua orang tuanya, Sunaryo,48, dan Sugiyanti,49.

Raut mukanya memancarkan keceriaan. Remaja berusia 15 tahun itu tak henti-hentinya menebar senyuman saat menjawab pertanyaan.

“Tidak ada persiapan khusus [menghadapi UN], saya hanya belajar seperti biasa,” kata Mellina.

Mellina mencoba bersikap rileks agar pikirannya bisa jernih dan tanpa tekanan saat mengerjakan soal.

“Saya hanya berpedoman, saya bisa mengerjakan soal-soal itu,” tutur penyuka film kartun Naruto itu.

Dari empat mata pelajaran yang diujikan, Mellina memperoleh nilai 39,80. Di hampir semua mata pelajaran, dia mendapatkan nilai sempurna. Khusus untuk Bahasa Indonesia, ia tidak bisa menjawab satu soal dan mendapat nilai 98.

“Di Bahasa Inggris, saya sempat ragu pada satu soal. Tetapi saya bersyukur, jawaban yang saya pilih benar, sehingga dapat nilai 10,” tutur anak kedua Sunaryo itu.

Mellina mengaku belum memikirkan cita-cita saat dia dewasa kelak. Saat ini, yang ia pikirkan hanya bisa masuk ke sekolah favorit, sehingga kemampuannya menjadi semakin terasah.

“Saya ingin sekolah di Jogja, tetapi ini harus saya konsultasikan dulu ke bapak. Kalau tidak, saya harus masuk sekolah terbaik di Wonosari,” katanya.

Ayah Mellina, Sunaryo, mengaku bangga dengan prestasi anak keduanya itu. Dia pun ingin Mellina bisa melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi.

“Kalau bisa saya ingin Mellina bisa menjadi guru. Sepertinya profesi itu masih sangat menjanjikan,” kata Sunaryo.

Prestasi gemilang ternyata menyimpan sedikit kekhawatiran. Sebab, Mellina dibayang-bayangi ketakutan tidak bisa melanjutkan sekolah. Penghasilan Sunaryo sebagai pegawai Koperasi Simpan Pinjam di Klaten hanya cukup untuk hidup. Sunaryo mengaku selama bekerja sebulan mendapatkan upah sekitar Rp1 juta.

Uang ini dibagi untuk beberapa kebutuhan. Rp600.00 dikirimkan ke kakak Mellina yang sedang menempuh pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Rp300.000 digunakan uang transpor Sunaryo untuk pulang pergi Wonosari-Klaten setiap hari.

Namun demikian, kondisi yang serba pas-pasan itu tidak membuat Sunaryo menyerah. Dia pun berjanji, akan berusaha semaksimal mungkin agar anaknya tetap sekolah.

“Untuk menjual sawah saya rasa tidak mungkin, sebab itu merupakan tambahan penghasilan bagi kami sekeluarga. Kalau nanti benar-benar butuh uang, saya akan ngutang ke saudara,” tuturnya.

Dia mengakui, kondisi seperti ini pernah ia hadapi tiga tahun yang lalu. Saat itu, anak pertamanya, Nur Arif Wibowo akan masuk ke IPDN. Berhubung tidak memiliki uang, Sunaryo pun memberanikan diri meminjam ke saudaranya yang tinggal di Jakarta.

Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Wonosari, Agus Suryana berjanji akan berusaha mencarikan beasiswa untuk Mellina.

“Pasti akan kami bantu, karena apa yang diraih Mellina sangat membanggakan,” ungkap Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya