SOLOPOS.COM - TES URIN—Dokter dari Polres Gunungkidul melakukan tes urin bagi sejumlah sopir bus di Terminal Dhaksinarga Wonosari, Jumat (17/2). (HARIAN JOGJA/SUNARTONO)

TES URIN—Dokter dari Polres Gunungkidul melakukan tes urin bagi sejumlah sopir bus di Terminal Dhaksinarga Wonosari, Jumat (17/2). (HARIAN JOGJA/SUNARTONO)

GUNUNGKIDUL—Sedikitnya 28 sopir bus menjalani tes urin di terminal Dhaksinarga Wonosari, Jumat (17/2). Tes ini dilakukan sebagai antisipasi terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dalam sampel tes urin serta pemeriksaan tekanan darah, para sopir bus itu dinyatakan negatif dari konsumsi obat terlarang atau kandungan amfetamin. Namun sekitar 20% dari sopir yang dites urin, terancam penyakit stroke dan jantung. Bahkan terdapat seorang sopir yang tensi darahnya mencapai 250/120 yang sudah memasuki emergency hipertensi.

Dwi Hartati, Dokter dari Polres Gunungkidul yang melakukan pemeriksaan menjelaskan, dari 28 sopir yang dites urin serta pemeriksaan tekanan darah menunjukkan sekitar 20% yang memiliki tekanan darah di atas normal. Kondisi itu bisa berdampak pada dua penyakit berbahaya yakni stroke dan jantung. Keduanya bisa terjadi karena kondisi sopir yang setiap hari selalu harus berkonsentrasi sementara istirahat minim.

“Kalau yang di atas normal ini dikhawatirkan berdampak saat sedang menyetir, bahkan ada yang hipertensi,” terang Dwi kepada Harian Jogja, Jumat (17/2).

Karena itu Dwi menyarankan agar sopir selalu melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin sehingga mengetahui secara dini kemungkinan penyakit yang diderita.

Minimnya upaya pemeriksaan kesehatan juga diakui oleh Fuad, 45, sopir bus Jurusan Wonosar-Nglipar-Ngawen. Pria yang sudah bertahun-tahun membesut angkudes ini mengaku kalau tidak sakit tak pernah memeriksakan diri. “Jarang bahkan tidak pernah ditensi atau periksa, kecuali kalau sakit sudah tidak bisa bekerja,” terang warga Nglipar ini.

Wakapolres Gunungkidul, AKBP Kompol Syaiful Anwar menegaskan sejumlah sopir yang terganggu kesehatannya seperti memiliki tekanan darah di atas normal memang belum dilarang mengemudikan kendaraan umum. Akan tetapi, rekomendasi tersebut akan diberikan langsung kepada perusahaan otobus agar mampu memutuskan yang terbaik demi keselamatan penumpang.

“Kalau melarang secara langsung tidak, tetapi rekomendasi kami berikan kepada perusahaan terutama untuk memperhatikan kesehatan,” terangnya.(Harian Jogja/Sunartono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya