SOLOPOS.COM - Ilustrasi rambut rontok. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Sebuah studi baru di Belanda menemukan adanya kaitan kondisi rambut dengan kemungkinan adanya penyakit jantung pada seseorang, yang disebabkan masalah hormon stres. Simak ulasannya di info sehat kali ini untuk menjaga kesehatan rambut.

Sesekali mengalami kondisi rambut buruk atau bad hair day, kuku terkelupas, atau kulit pecah-pecah adalah kejadian umum yang biasanya tidak memerlukan kunjungan ke dokter. Namun, fenomena tersebut juga bisa menjadi indikasi serius tentang masalah kesehatan.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Dilaporkan Medicaldialy yang dikutip pada Kamis (25/5/2023), hormon stres pada rambut dan kulit kepala dapat mengindikasikan kemungkinan seseorang menderita serangan jantung atau stroke, dan kemungkinannya meningkat hingga tiga kali lipat pada mereka yang berusia 57 tahun atau lebih muda.

Sebagai bagian dari penelitian, para peneliti menganalisis data dari tingkat hormon di rambut dan kulit kepala pada lebih dari 6.000 sampel rambut yang diperoleh dari pria dan wanita dewasa. Sampel rambut itu dianalisis dan ditindak lanjut selama lima sampai tujuh tahun. Hasilnya, ditemukan setidaknya 133 kejadian penyakit kardiovaskular selama masa studi.

Dikutip dari Antara pada Jumat (26/5/2023), individu dengan peningkatan kadar hormon kortisol dan kortison berisiko dua kali lipat mengalami penyakit kardiovaskular. Namun, bagi mereka yang berusia 57 tahun ke atas, tidak ada hubungan kuat yang diamati antara kortison rambut dan kadar kortisol dengan penyakit kardiovaskular.

Penulis studi dari Pusat Medis Universitas Erasmus di Rotterdam, Profesor Elisabeth van Rossum, mengatakan bahwa para peneliti berharap analisis rambut berpotensi berfungsi sebagai tes untuk membantu dokter dalam mengidentifikasi individu yang berisiko tinggi penyakit kardiovaskular untuk menghasilkan pendekatan pengobatan baru di masa depan.

“Harapan kami adalah bahwa analisis rambut pada akhirnya terbukti bermanfaat sebagai tes yang dapat membantu dokter menentukan individu mana yang mungkin berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular. Kemudian, mungkin di masa depan penargetan efek hormon stres dalam tubuh bisa menjadi metode baru target pengobatan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya