SOLOPOS.COM - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mencium bendera Merah Putih seusai diumumkan sebagai capres PDIP di Rumah Pitung, Marunda, Jakarta Utara, Jumat (14/3/2014). (JIBI/Solopos/Antara/Tempo-Imam Sukamto)

Solopos.com, JAKARTA — Kemenangan PDIP dalam pemilu legislatif 2014 yang kurang meyakinkan untuk mengusung sendiri calon presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat publik, termasuk pasar, pesimistis akan lahir satu pemerintahan yang efektif.

Saham dan nilai rupiah melemah setelah partai tersebut hanya meraih 19,6% suara berdasarkan hitungan cepat kemarin. Raihan suara tersebut hanya separuh dari perkiraan sejumlah lembaga survei, termasuk oleh Lingkaran Survei Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dengan berkoalisi dengan partai lain, peluang Gubernur DKI Jakarta ini untuk melahirkan kebijakan perekonomian melalui pemerintahan yang efektif menjadi berkurang. Padahal, harga saham dan nilai rupiah sempat menguat beberapa pekan setelah Jokowi diusung oleh PDIP sebagai calon presiden yang mampu mendulang suara dominan.

“Gagal membentuk koalisi yang efektif yang berpusat pada kekuatan PDIP, dia sekarang menghadapi kemungkinan berkoalisi dengan partai lain yang rentan perpecahan,” ujar Marcus Mietzner, profesor dari Australian National University sebagaimana dikutip Bloomberg, Kamis (10/4/2014).

Berdasarkan hitungan cepat hasil Pemilu 2014, PDIP keluar sebagai pemenang disusul oleh Partai Golkar dan Gerindra. Namun demikian hasil akhir pemilu tersebut baru akan diumumkan secara resmi pada 9 Mei 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya