SOLOPOS.COM - Jembatan jalur lori jejak peninggalan perusahaan perkebunan serat terbaik dan terbesar pada masa Hindia Belanda di Dusun mento, Desa Wonoharjo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Foto diambil Senin (14/6/2021). (Solopos.com/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI -- Hasil produksi serat yang dikelola Perusahaan Perkebunan Serat Mento Toelakan pada masa Hindia Belanda di Wonogiri dikirim ke Delanggu, Klaten dan Surabaya Jawa Timur.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Wonogiri, Dennys Pradita, berdasarkan hasil penelitiannya bersama anggota MSI Wonogiri. Dennys mengatakan, perusahaan serat terbesar dan terbaik di Hindia Belanda itu hanya sebatas melakukan proses pemintalan serat. Jadi barang yang diolah hanya setengah jadi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Mengirim barang setengah jadinya itu hanya ke Delanggu dan Surabaya. Barang setengah jadi diolah di sana. Yang Delanggu itu masih satu perusahaan. Kalau di Surabaya sudah beda perusahaan," kata dia saat dihubungi Solopos.com, Selasa (15/6/2021).

Baca Juga: Gathering Bikin 17 Mahasiswa Untidar Magelang Terpapar Covid

Menurut dia, serat yang dikirim ke Surabaya dimanfaatkan untuk tambang tali kapal. Sedangkan serta yang dikirim ke Delanggu digunakan untuk membuat karung goni.

Perusahaan yang dikenal dengan sebutan Cuultur-Maatschappij Mento Toelakan atau Onderneming Mento Toelakan itu berdiri sejak 1897 dan berakhir pada akhir 1940-an.

Menurut Dennys, perusahaan serat di Wonogiri itu runtuh karena ada revolusi kemerdekaan. Atas kondisi itu, perusahaan tidak beroperasi dan ada masalah keungan. Setelah runtuh, aset perusahaan berupa tanah dibagi-bagikan ke rakyat.

"Sebagian besar kawasan perusahaan sudah menjadi perumahan dan sawah. Sebab sejak 1945, tanah itu dibagi-bagi ke warga dengan dibuatkan surat Letter C," kata Dennys.

Jejak Perusahaan

Perusahaan itu masih meninggalkan jejak berupa kolam dan jembatan jalur lori atau kereta kecil. Kolam digunakan untuk merendam serat sebelum diolah menjadi sejumlah barang. Sedangkan jembatan jalur lori digunakan untuk aktivitas mengangkut serat di area perkebunan.

Saat Solopos.com mengunjungi Dusun Mento, Senin (14/6/2021) siang, kolam peninggalan perusahaan itu berada di belakang rumah Ketua RT 002 Dusun Mento. Sekitar lima petak kolam itu berada di satu kawasan.

Di dekat kolam terdapat bangunan saluran irigasi yang juga diyakini peninggalan perusahaan karena tekstur bangunannya mirip dengan kolam. Hinggi kini saluran irigasi itu masih dimanfaatkan warga sekitar.

Baca Juga: Kasus Kudus, Bangkalan, dan DKI Didominasi Varian Corona Delta

Berjarak satu kilometer dari lokasi kolam, terdapat jembatan jalur lori di area sungai. Tepatnya berada di belakang Kolam Renang atau Kolam Keceh Belik Wonoharjo.

Badan jembatan itu sudah tidak ada lagi, hanya tersisa tiang jembatan. Tiang jembatan itu terbuat dari batu yang dicor dan terlihat sangat kokoh. Di sekitar tiang jembatan dipenuhi pohon bambu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya