SOLOPOS.COM - Calon Bupati Sukoharjo nomor urut dua, Nurdin (kanan), berbincang dengan timnya soal perolehan suara pilkada di rumahnya di Bakalan, Polokarto, Sukoharjo, Rabu (9/12/2015). (Istimewa)

Hasil Pilkada Sukoharjo 2015 menunjukkan kekalahan Nurdin dan Anis Mudhakir dari pesaing mereka.

Solopos.com, SUKOHARJO – Pada Rabu (9/12/2015) petang, rumah Nurdin di Bakalan, Polokarto, Sukoharjo, didatangi banyak orang. Pascapemungutan suara pilkada, aktivitas di rumah itu belum mereda meski kekalahan sudah di depan mata.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Apa kacek’e akeh [apa terpautnya banyak]?” tanya Nurdin, calon Bupati Sukoharjo yang berpasangan dengan Anis Mudhakir kepada belasan anggota timnya yang sibuk menghitung hasil perolehan suara dari tempat pemungutan suara.

Kacek akeh Pak [terpaut banyak Pak],” jawab Ketua DPC PAN Polokarto, Sukoharjo, Winarno.

Ya wis ora apa-apa [Ya sudah tidak apa-apa],” timpal Nurdin sambil berlalu menuju kamar tengah.

Seperti sudah mengetahui hasil penghitungan suara yang menempatkan cabup-cawabup nomor urut satu, Wardoyo Wijaya-Purwadi (Wardi), unggul jauh dari Nurdin-Anis, mereka memberi dukungan moral kepada Ketua DPD PAN Sukoharjo itu.

Piye neng kecamatan liyane [bagaimana hasil penghitungan suara di kecamatan lainnya]?” tanya Nurdin kepada salah satu dari tamunya.

Dia kembali mendapat berita buruk, Nurdin dan Anis Mudhakir kalah telak di semua kecamatan. Perbincangan mengenai perolehan suara Nurani dan kompetitornya terus bergulir.

”Kelihatannya kita hanya dapat 14 persen sampai 15 persen Pak,” kata salah satu rekannya. Kata-kata pamitan demi pamitan terucap dari tamu-tamunya seiring hari yang kian larut.

Suara riuh obrolan berganti suara televisi yang menyiarkan berita pilkada di berbagai daerah. Sesekali istri Nurdin, Sri Purwanti, menghampirinya lalu berbincang.

“Memang kalau mengungguli Wardi sejak awal memang berat. PDIP [partai pengusung Wardi] di Pileg 2014 dapat 46 persen suara. Sedangkan ketidakhadiran pemilih 20 persen-25 persen. Logikanya sangat sulit unggul sekali pun saya berusaha all out dan menggunakan dana fantastis,” kata Nurdin saat berbincang dengan .

Dia mengaku hanya berpikir realistis, sehingga tidak jor-joran dalam mengeluarkan biaya. Pada pilkada kali ini dia hanya mengeluarkan dana Rp350 juta-Rp400 juta. Dengan dana itu bisa meraup suara 14 persen menurut lelaki berusia 59 tahun itu sudah lumayan.

Perolehan suara untuk Nurani bisa dijadikan patokan loyalitas kader. Bagi Nurdin ikut kontestasi Pilkada Sukoharjo untuk menjajal peruntungan. Dia menyadari sulit mengalahkan Wardoyo. Namun, dalam politik semua kemungkinan bisa terjadi jika Tuhan menghendaki.

“Yang bisa membolak-balikkan hati manusia itu kan Allah. Siapa tahu, saya bermain [ikut pilkada] lalu Allah menghendaki, siapa tahu,” ucap Nurdin.

Menanggapi pelaksanaan pilkada, Nurdin menilai pesta demokrasi lima tahun ini masih jauh dari kata berkualitas. Dia menyebut nuansa politik dan demokrasi yang berjalan masih kotor. Nurdin mengaku melihat sendiri banyak para kepala desa (kades), PNS, camat, memobilisasi masyarakat agar memilih kompetitornya.

Bahkan, ada kades yang berkeliling membawa horn atau pengeras suara berkampanye. Dia menilai netralitas PNS dan perangkat pemerintahan wilayah yang digaungkan masih sekadar slogan. Meski tahu cara-cara kotor itu Nurdin tak pernah mempermasalahkannya. Sebab, dia berpikir realistis.

“Kalau saya bikin gaduh paling hanya bisa mendongkrak sedikit perolehan suara saya. Kalau hanya mendongkrak kan percuma. Yang dibutuhkan kan menang. Makanya saya memilih tidak bikin gaduh,” pungkas Nurdin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya