SOLOPOS.COM - Petugas memeriksa tiket penumpang di Bandara Ngurah Rai Bali, Rabu (29/11/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Wira Suryantala)

Hasil penelitian Unika Soegijapranata dan Yayasan Gita Pertiwi menyimpulkan konsumsi pangan masyarakat Solo cukup beragam.

Solopos.com, SOLO — Penelitian tentang pola konsumsi makanan pokok dan sayuran pada rumah tangga di Solo menunjukkan tingkat keberagaman jenis pangan yang dikonsumsi masyarakat Solo cukup tinggi. Untuk sumber karbohidrat, warga Solo mulai mengurangi konsumsi beras dengan membuat makanan selingan berbahan umbi-umbian dan roti.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Unika Soegijapranata dan Yayasan Gita Pertiwi adalah konsumsi sumber karbohidrat terutama beras masyarakat Solo sudah di bawah pola harapan pangan.

“Konsumsi beras warga Solo rata-rata adalah 150 gram per orang per hari atau 54,75 kilogram per orang per tahun. Padahal, target Solo adalah 84 kilogram per orang per tahun. Nah, untuk selisih kekurangannya warga mulai mengganti beras dengan umbi-umbian, roti, termasuk buah,” kata Ketua Yayasan Gita Pertiwi, Titik Eka Sasanti, seusai Semiloka Pola Konsumsi Makanan Pokok dan Sayuran pada Rumah Tangga Kota Solo, di Hotel Indah Palace, Rabu (29/11/2017).

Keberagaman konsumsi jenis sayuran masyarakat Solo juga dinilai sudah cukup baik, namun secara kuantitas masih di bawah pola harapan pangan nasional yang ditarget 250 gram per orang per hari.

“Kuantitas konsumsi sayuran warga Solo baru 70 gram per orang per hari. Namun secara variasi sudah luar biasa, jadi kalau memasang sayuran, isinya itu bermacam-macam jenis sayur masuk jadi satu,” papar Titik.

Penelitian tentang pola konsumsi pangan masyarakat Solo ini dilakukan dengan mewawancarai 275 responden rumah tangga dari lima kecamatan di Kota Solo. Penelitian ini dilakukan untuk mewujudkan food smart city atau Solo kota cerdas pangan.

Titik menambahkan food smart city menekankan pada empat poin penting yakni jaminan pangan berkualitas dari produksi sampai konsumsi, makan sesuai kebutuhan untuk mengurangi sampah makanan, memanfaatkan potensi lokal, dan meningkatkan keberagaman jenis pangan.

Dalam penelitian tim juga meneliti bagaimana masyarakat Solo menangani kelebihan sayuran matang dan sayuran mentah. Menurut Titik, penelitian ini akan mendorong pemerintah agar urusan pola makan masyarakat ini menjadi kebijakan prioritas Pemerintah Kota Solo, bukan hanya untuk masyarakat tumah tangga tetapi juga kantin, restoran, hingga hotel.

Kabid Ketersediaan dan Cadangan Pangan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Kota Solo, Eko Nugroho, mengapresiasi hasil penelitian dari Unika Soegijapranata dan Gita Pertiwi.

“Ini sesuai dengan apa yang selama ini kami sosialisasikan agar mengonsumsi pangan bukan yang penting kuantitas tapi kualitasnya. Jangan asal kenyang, tapi kalau bisa juga mempertimbangkan pemenuhan gizinya,” kata Eko.

Sumber karbohidrat misalnya, warga punya pilihan selain beras yakni jagung. Kampanye pembuatan makanan sumber karbohidrat nonberas ini masih terus digalakkan.

Tujuh makanan pokok dan sayuran dengan konsumsi terbanyak (gram/hari):
1. Makanan Pokok
Nasi putih : 292,18
Pisang rebus : 26,78
singkong : 15,91
ubi : 19,5
kentang : 13,7
jagung : 10,18
mi kering : 6,22

2. Sayuran
wortel : 36,69
bayam : 22,1
tomat : 16,38
kangkung : 16,63
kembang kol : 15,85
brokoli : 14,09
sawi : 13,65
Sumber : Hasil penelitian. (haw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya