SOLOPOS.COM - Ant War. (Istimewa)

Hasil penelitian mengungkap perilaku semut di zaman purba.

Solopos.com, SOLO — Hasil penelitian dari Rutgers University-Newark (Universitas Newark) tentang fosil salah satu koloni semut purba mengungkap hal mengejutkan. Peneliti menyimpulkan ada jenis semut “rasis” yang suka berperang dengan kelompok koloni semut lain di zaman purba.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Semut dikenal sebagai kelompok serangga yang senang mengerjaka sesuatu secara berkelompok dan memiliki etos kerja tinggi. Namun, penelitian dari Unitersitas Newark mengungkap temuan baru dari hewan yang satu ini.

Dilansir Tech Times, Selasa (16/2/2016), peneliti mengungkap jenis semut yang diberi nama Ant War. Jenis semut ini dikenal senang berperang dan bertarung dengan koloni semut lain yang berbeda jenis.

Di laman Livescience, seperti dikutip Rabu (17/2/2016), sejumlah blogger menggambarkan perilaku ini dengan bahasa sederhana, seperti fenomena “rasisme” yang terjadi di kalangan manusia.

Penilaian ini adalah kesimpulan penelitian ini mengungkap perilaku semut pada zaman purba.

Fosil ini diperkiraan berasal dari 100 juta tahun lalu, yang memiliki perbedaan karakteristik serangga, terutama semut, yang saat itu masuk memperebutkan daerah kekuasaan dan makanan.

Ahli fosil serangga dari Universitas Newark, Phillip Barden, mengatakan bahwa banyak jenis semut ini punya kebiasaan saling berkelahi dan menyerang koloni semut lain.

“Mereka terkadang selalu waspada dan menyerang semut lain yang mungkin juga satu spesies dari kolono yang berbeda atau dari spesies yang berbeda untuk memperebutkan makanan,” ujar Barden.

Peneliti menyebut semut dalam fenomena ini sebagai Ant War. Dalam teorinya Ant War adalah semut yang hidup di masa Cretaceous yaitu masa dinosaurus pada 145 juta tahun lalu. Barden mengatakan bahwa semut ini memang diketahui bersikap sesuai dengan namanya, Ant War yang berarti semut perang.

Barden yang merupakan ketua perkuliahan di Universitas Newark menambahkan bahwa semut purba ini berada di masa pertengahan yang secara signifikan berbeda dengan semut modern di masa kita.

Semut ini sebenarnya memiliki sikap sosial, namun terbatas pada koloninya sendiri. Bukti ini diketahui dari fosil yang ditemukan berisi sekitar 21 semut yang terperangkap di situ.

“Fosil semut ini bisa dikatakan sebagai fosil yang cukup langka. Karena sangat jarang ditemukannya fosil semut,”ujar Barden.

Peneliti saat ini sudah mengidentifikasi 13.000 jenis semut. Beberapa ahli bahkan meyakini bahwa sebenarnya ada lebih dari 26.000 jenis semut di dunia dan ada beberapa jenis semut modern yang mungkin merupakan keturunan dari semut purba pada 99 juta tahun lalu. (Ardhon Purtama Putra/JIBI/Solopos.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya