SOLOPOS.COM - Sapto Priyadi (kanan) didampingi Kepala Humas Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo, Bayu, menunjukkan produk pestisida organik asap cair Ibm-14 di kampus UTP, Jl. Balekambang, Solo, Jumat (25/11/2016). (Insetyonoto/JIBI/Solopos)

Hasil penelitian dosen UTP mengolah sampah menjadi pestisida organik.

Solopos.com, SOLO – Dosen Agroteknik Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo mengolah sampah menjadi pestisida organik format asap cair.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pestisida organik asap cair tersebut dapat digunakan untuk membasmi segala macam hama dan penyakit tanaman seperti padi, cabai, jagung manis, jahe, bawang merah, kedelai, dan lainnya.

Ekspedisi Mudik 2024

“Pestisida organik asap cair temuan saya ini sudah memperoleh paten hak atas kekayaan intelektual [HAKI] dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual No.2014/102616 pada 7 Agustus 2014,” kata Sapto Priyadi saat berbincang dengan  di kampus UTP Solo Jl. Balekambang, Solo, Jumat (25/11/2016).

Dia menyatakan penemuan pestisida organik asap cair bermula dari keprihatinan dengan permasalahan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Putri Cempo, Solo, dan daerah sekitarnya yang tidak tertangani dengan baik.

Sapto kemudian melakukan penelitian sampah pada 2007. Dari hasil penelitian ternyata sampah mengandung senyawa fenolat (asam hidroksisinamat) yang bersifat pestisida. Melalui proses teknologi pirolisis sampah organik dapat diolah atau didaur ulang menjadi pestisida organik yang dapat membasmi hama dan penyakit tanaman.

Penelitian yang mendapatkan dukungan dana hibah dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dilakukan pada 2007 dan 2010. “Penelitian ini juga dalam rangka saya menyelesaikan studi S2 di Universistas Gadjah Mada (UGM) Jogja,” tandas Sapto.

Dia menambahkan pestisida organik asap cair telah dilakukan uji bio essay atau uji pemanfaatan di lapangan produksi tanaman padi di Sragen dan tanaman kedelai di Klaten.

Hasilnya menurut dia pestisida organik asap cair mampu mengatasi hama penggerek batang padi dan hama penggerek polong kedelai.
“Produk saya ini tidak hanya untuk tanaman padi dan kedelai, tapi juga bawang merah, jagung manis, jahe, dan lain. Petani di Sragen, Karangnyar, Sukoharjo, Boyolali, dan Klaten yang telah mencoba produk saya menyatakan kepuasan hasilnya,” beber Sapto.

Menurut doktor Ilmu Pangan dari UGM Jogja ini, proses pembuatan pestisida organik asap cair yakni sampah organik dikeringkan sampai kadar air tinggal 20%.

Kemudian dimasukkan ke reaktor pirolisis untuk dilakukan pembakaran sampai menjadi abu atau arang. Asap dari pembakaran disalurkan ke pipa kondensastor yang mengeluarkan asap cair. “Asap cair ini disaring dan siap digunakan tanpa ada tambahan bahan kimia atau lainnya lagi,” tandasnya.

Warga Puri Genasti RT 002/RW 006 Gg. Jatimas Jl. Kiai Sahid S, Kartasura, Sukoharjo, itu mengatakan produk pestisida organik asap cair buatannya belum diproduksi massal karena terkendala biaya. “Saya membuka peluang kerja sama dengan semua pihak, termasuk pengusaha,” katanya. Untuk sementara produk pestisida organik asap cair itu diberi nama Ibm (Iptek bagi masyarakat)-14.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya