SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemungutan suara pemilu (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO—Angka partisipasi pemilih pada pemilu legislatif (pileg) tahun ini melebihi target yang ditentukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo. Capaian partisipasi pemilih itu tembus angka 315.179 pemilih atau 76,07% dari total daftar pemilih sebanyak 414.323 pemilih. Meningkatnya partisipasi pemilih itu menjadi bukti suksesnya sosialisasi KPU.

Komisioner Divisi Teknis Penyelenggara Pemilu KPU Solo, Pata Hindra Aryanto, saat ditemui Espos di ruang kerjanya, Sabtu (26/4/2014), mengungkapkan dari perhitungan berdasarkan formulir DB-1 KPU angka partisipasi pemilih pada pileg 2014 melebihi target. KPU menetapkan target partisipasi pemilih itu pada 75% dari total daftar pemilih tetap (DPT). Namun realisasinya, kata dia, bisa lebih sedikit dari target itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami membandingkan bukan hanya dengan DPT 408.951 pemilih yang ditetapkan KPU per 17 Januari lalu. Tetapi total pemilih itu terdiri atas pemilih yang masuk DPT dan DPT tambahan, pemilih yang masuk daftar pemilih khusus (DPK), daftar pemilih khusus tambahan (DPKTb). Sementara pemilih yang menggunakan hak suaranya bisa dilihat dari akumulasi jumlah suara sah dan suara tidak sah,” tegas Pata.

Menurut dia, angka partisipasi pemilih per daerah pemilihan (dapil) bervariasi. Dari lima dapil di Kota Bengawan, sambung dia, partisipasi Dapil Laweyan yang tidak memenuhi target karena hanya 72,94%. Sementara partisipasi paling tinggi terjadi di Dapil Kadipiro-Nusukan yang mencapai 78,22%. Bila dibandingkan dengan partisipasi pemilih kabupaten/kota lainnya, imbuhnya, partisipasi pemilih terhitung sukses. “Di Kota Semarang, partisipasinya sampai 77%. Ada juga yang sama dengan Solo, 76%,” akunya.

Bagi Pata, peningkatan partisipasi pemilih itu disebabkan karena bergeraknya mesin calon anggota legislatif (caleg) dan mesin partai politik. Hal itu bisa dibuktikan dengan perolehan suara caleg relatif lebih besar daripada perolehan suara parpol.

Meskipun, Pata tak memungkiri ada caleg dengan perolehan suara minim tapi dipastikan jadi dengan didongkrak oleh perolehan parpol secara kumutalif.
“Selain itu, angka partisipasi pemilih itu menjadi bukti suksesnya sosialisasi yang dilakukan KPU. Kami membangun relasi sektoral untuk melakukan sosialisasi secara masif dan tersetruktur. Kami berharap angka partisipasi itu lebih tinggi lagi pada pemilihan presiden (pilres) mendatang,” tegas Pata.

Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Achmad Romdhon, menilai angka partisipasi pemilih yang tinggi itu dipengaruhi oleh tiga hal, yakni adanya lonjakan pemilih pemula, manajemen parpol terutama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan pencapresan mantan Wali Kota Solo Jok Widodo. Menurut dia, angka pemilih pemula meningkat cukup signifikan, khususnya di Solo. Dia mengatakan PDIP juga berhasil mengulang pemilu 1999 dengan baik.

“Hal itu menjadi momentum bagi PDIP untuk meningkatkan suara dan terbukti di Solo dan nasional. Meningkatnya suara PDIP itu lebih dipengaruhi oleh sikap politik PDIP yang oposisi terhadap pemerintah selama dua periode. Selain itu, strategi pencapresan Jokowi juga berhasil meningkatkan partisipasi pemilih, terutama di Solo. Jokowi dianggap berprestasi di Solo,” imbuhnya.

Romdhon, sapaan akrabnya, memprediksikan angka partisipasi itu akan meningkat signifikan dalam pilpres di Solo. Para loyalis parpol non PDIP, urai dia, bisa memilih Jokowi karena sentimen pribadi. “Logika pileg dan pilpres itu berbeda. Logika pilpeg ditentukan oleh elektoral yang berbasis wilayah individu, sedangkan logika pilpres lebih luwes karena pemilih bebas menentukan haknya tanpa dibatasi oleh afiliasi parpol mana pun,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya