SOLOPOS.COM - Petani di Giriloyo, Wukirsari mengeluhkan hama patah leher yang menyerang hasil pertaniannya, Sabtu (10/3/2018). (Harian Jogja/ Sekar Langit Nariswari)

Akibatnya, bulir-bulir padi itu tidak berisi dan terpaksa dibuang

Harianjogja.com, BANTUL-Hasil panen padi petani di Giriloyo, Wukirsari, Bantul terserang hama patah leher. Akibatnya, hasil pertanian musim tanam kali ini berkurang hingga 30%.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sejumlah lahan pertanian di wilayah Kecamatan Imogiri ini beberapa baru memasuki masa panen. Sementara beberapa petak lainnya masih menunggu beberapa hari lagi sampai siap panen. Ahban, salah satu petani di pedukuhan ini mengatakan, tanamannya mulai terserang hama patah leher di usia tua jelang panen.

“Kalau sudah tua mulai putih-putih itu, pertanda patah leher,” jelasnya kepada Harianjogja.com ketika ditemui di sawah miliknya, Sabtu (10/3/2018).

Akibatnya, bulir-bulir padi itu tidak berisi dan terpaksa dibuang. Menurutnya, permasalahan ini terjadi merata di daerah pertanian sawah tadah hujan itu. Khususnya yang menggunakan benih unggul IR 64 seperti dirinya.

Namun, masih ada segelintir petani yang tidak terserang hama ini. Ahban menyebutkan, rekannya yang terhindar dari hama tersebut menggunakan benih dengan tipe berbeda seperti Rojolele. Meski demikian, ia mengatakan tidak ada penyebab pasti soal serangan hama patah leher. Konsultasi dengan petugas pertanian di lapangan juga sia-sia karena mereka juga belum mengetahui obat yang ampuh digunakan membasmi hama ini.

Selain patah leher, Ahban menjelaskan hama wereng penggerek batang juga sempat menyerang tanamannya. Hama wereng bisa dimusnahkan dengan pestisida yang digunakannya, sedangkan hama penggerek batang atau awam disebut sundep, dibiarkan saja. Pasalnya, jika batang tanaman yang terkena sundep dicabut maka seluruhnya akan mati. Jika dibiarkan maka akan tumbuh batang padi yang lain dan tetap sehat.

Akibat patah leher ini, hasil panen pria pemilik sawah seluas 1 hektar ini hanya mencapai 400 kilogram. Padahal, biasanya ia bisa mendapatkan hasil panen sekitar 640 kilogram. “Patah lehernya saja sudah 1/3, terpaksa dibuang sia-sia,” keluhnya.

Meski tidak merugi dan menyatakan hasil panennya buruk, ia mengatakan hasilnya memang kurang menggembirakan. Padahal, cuaca beberapa waktu belakangan sudah cukup mendukung. Dengan intensitas hujan yang memadai, sawahnya tercukupi untuk kebutuhan pengairannya tanpa harus menggunakan pompa.

Erni, salah satu petani di lokasi berbeda di Wukirsari mengatakan, masalah hama patah leher juga melanda lahan pertaniannya. Hanya saja, dampaknya tidak terlalu besar. “Masalah patah leher itu hamanya,” katanya.

Untuk masa tanam berikutnya, ia mengaku akan menggantikan tanamannya dengan jagung dan kacang. Pasalnya tanaman tersebut lebih cocok untuk area pertanian tadah hujan seperti miliknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya