SOLOPOS.COM - Kondisi pohon cengkeh di kawasan perkebunan Dusun Timbangan, Desa Karangtengah, Kecamatan Karangtengah. Selain daun banyak yang rontok, ranting pohon juga kering. (Solopos/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI — Hasil panen cengkeh Kecamatan Karangtengah turun 30%-40% sejak 2017. Padahal, sebelumnya Karangtengah menjadi penghasil cengkeh tertinggi di Kabupaten Wonogiri.

Sebelum 2017, satu pohon cengkeh di Karangtengah bisa menghasilkan satu kwintal cengkeh setiap panennya. Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Karangtengah, Dwi Heru Widodo, mengatakan turunnya hasil panen cengkeh disebabkan terkena virus jamur pembuluh kayu yang menyebabkan pohon cengkeh mati.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Persis Solo Siap Tancap Gas di Liga 2 2020

Pohon cengkeh yang mati mengakibatkan daun rontok dan ranting pohon menjadi kering. Proses penyebaran virus di setiap pohon tidak lama yakni hanya dalam waktu satu hingga tiga bulan. Namun, daun cengkeh bisa langsung habis. Setelah terkena virus, pohon cengkeh bisa pulih tapi juga bisa mati.

“Rata-rata yang terkena virus itu daerah yang lebih tinggi, seperti Desa Temboro, Karangtengah dan Purwoharjo. Tiga desa tersebut berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut. Jadi lebih menyerang yang daerah lembab,” kata dia saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Rabu (26/2/2020).

Dia memaparkan ada penanggulangan terkait hal itu yakn dengan cara mengerok batang pohon, kemudian ditabur bubur Bordo atau Bordeaux. Hal itu untuk mencegah jamur yang menempel di batang pohon.

Pemkab Sukoharjo Didesak Revitalisasi Kawasan Keraton Kartasura

“Salah satu penyebab mudah terkena virus itu rata-rata yang menanamnya terlalu rapat, kurang renggang. Jika terlalu rapat didukung dengan kondisi lembab, jamur akan mudah tumbuh,” terang dia.

Pada 2019, Karangtengah mendapatkan bantuan 5.000 pohon cengkeh dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, untuk disebar di lima desa yang ada di Karangtengah. Petani bisa menanam lagi pohon cengkeh dengan metode yang benar.

Usai 11 Tahun, Madrid Kalah Lagi di Kandang Oleh Tim Inggris

Dwi menjelaskan, saat ini rata-rata petani setempat beralih menanam kopi dan porang. Petani sekaligus pengepul cengkeh, Tumijan, warga Dusun Joso, Desa Temboro, mengatakan cengkeh miliknya hampir mati semua sejak empat tahun lalu. Padahal harga cengkeh tinggi yakni basah Rp30.000 per kg, serta cengkeh kering bisa mencapai Rp100.000 hingga Rp150.000 per kg.

“Sebagai penebas cengkeh, dulu sekali panen bisa mencapai 40 ton, sekarang hanya 14 ton, jadi hampir 75% penurunannya. Sebagai pengganti saat ini saya menanam kopi, merica dan tanaman empon-empon,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya