SOLOPOS.COM - Seorang petani menggunakan gas elpiji 3 kg untuk memanasi lubang tikus agar tikus di dalamnya mati saat geropyokan tikus di area persawahan Kedungupit, Sragen Kota, Sragen, Senin (14/3/2022). (Espos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Puluhan petani bersama perangkat desa, penyuluh petanian, TNI, dan Polri melakukan geropyokan tikus di area persawahan Desa Kedungupit, Kecamatan Sragen Kota, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Senin (14/3/2022).

Serangan tikus di wilayah Kedungupit masih merajalela sejak tiga tahun terakhir. Dampaknya, hasil panen petani anjlok sampai 80 persen. Gropyokan tikus dilakukan lantaran pemerintah melarang petani memakai listrik untuk membasmi hama tikus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kegiatan pembasmian tikus itu dilakukan serentak di dua lokasi, yakni persawahan selatan Lapangan Karangbale Kedungupit dan Dukuh Macanan Kedungupit. Geropyokan tikus dilakukan menggunakan gas elpiji, belerang, dan tongkat untuk memukul tikus.

Baca Juga : Petani Plosokerep Sragen Gandeng Perbakin Basmi Tikus, Hasilnya Ampuh

Sebelum geropyokan, petani dan aparat dikumpulkan di lapangan untuk pengarahan dari Komandan Koramil Sragen Kota, Kapten (Inf) Kukuh Prihatin, didampingi Kepala Desa Kedungupit, Eko Hartadi, perwakilan Polsek Sragen Kota, dan penyuluh pertanian.

Kades Kedungupit, Sragen Kota, Eko Hartadi, saat ditemui wartawan, Senin, menyampaikan tikus masih menyerang Kedungupit dengan luas lahan mencapai 411 hektare yang terbagi dalam enam kelompok tani.

Hartadi menyampaikan kerugian petani banyak. Dia mencontohkan satu patok sawah seluas 3.500 meter persegi itu hanya bisa panen gabah enam sak. Padahal, biasanya hasil panen satu patok itu, sebut dia, mencapai 20-30 sak.

Baca Juga : Gara-gara Tikus, Produksi Padi di Plupuh Sragen Anjlok 2 Ton/Hektare

Tak Boleh Pakai Listrik

“Serangan tikus ini sudah tiga tahun terakhir. Jebakan tikus berlistrik dilarang sehingga jalan alternatif basmi tikus lewat geropyokan tikus. Kami menginisiasi geropyokan tikus dengan menggandeng TNI, Polri, dan penyuluh. Geropyokan tikus dilakukan karena lebih aman dan hasilnya banyak,” katanya.

Seorang petani anggota Tani Makmur 1 Kedungupit, Sragen, Widodo, 52, mengatakan serangan tikus pada lahan petani terlalu banyak. Dia bersyukur ada perhatian dari aparat sehingga mau terjun langsung ikut geropyokan tikus. Serangan tikus itu mulai dari pembibitan sampai tanam muda.

Baca Juga : Jadi Perhatian Kementan, Ini Cara Pengendalian Hama Tikus Sawah

“Apalagi setelah tanaman padi selesai dipupuk, serangkan tikus sering mendadak karena mungkin batang padi itu pas enak-enaknya. Kerugian petani sudah banyak. Saat musim panen kemarin, satu patok yang biasanya bisa panen 35 sak ternyata hanya bisa membawa pulang tujuh sak. Sisanya tinggal 1/5 atau 20 persen,” jelasnya.

Widodo senang ketika ada gerakan bersama geropyokan tikus. Dia mengatakan petani sudah banyak mengeluarkan biaya untuk basmi tikus, seperti obat tetes Rp1 juta tetapi tikus terus ada.

Baca Juga : Komisi IV DPR Desak Kementan Cepat Tanggap Atasi Tikus di Sragen

“Sebenarnya yang paling mujarab ya pasang kawat listrik itu tetapi sudah tidak boleh. Sekarang pemerintah mau terjun ke sawah ya bagus,” katanya.

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kedungupit, Samidi, mengatakan perkembangbiakan tikus cepat sekali. Satu pasang tikus, ungkap dia, bisa beranak pinak sampai 1.000 ekor dalam setahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya