SOLOPOS.COM - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, Hari Wahyu Nugroho menyampaikan materi dalam acara Diseminasi Kasus Audit Stunting Tingkat Kota Solo tahun 2023, Selasa (30/5/2023). (Solopos.com/Nova Malinda)

Solopos.com, SOLO —Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Solo, Purwanti, menyebutkan ada 1.050 anak balita yang sudah stunting di Solo sesuai data hasil penimbangan serentak pada Februari 2023. Kemudian, tercatat belasan ribu kasus berprevalensi stunting.

“Belasan ribu ini dari calon manten, calon manten itu kurang dari 19 tahun sudah berisiko,” jelas dia.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Selain calon pengantin yang berusia dibawah 19 tahun, belasan ribu prevalensi stunting juga mencakup kondisi kesehatan calon ibu yang punya hemoglobin (Hb) rendah atau kurang dari 23. Lalu indeks masa tubuh calon ibu yang terlalu rendah kurang dari 18.

“Jadi terlalu kecil, kurang dari 18 itu terlalu kecil, kalau jadi pengantin jangan dikit, siapkan itu untuk menyiapkan ini [bayi sehat bebas stunting],” papar dia.

Sesuai data, Purwanti menyebutkan ada 101 calon pengantin yang usianya kurang dari 19 tahun pada 2022. Dari jumlah tersebut, 90% sudah dalam posisi hamil. Resiko stunting juga terjadi pada ibu yang usia kehamilan diatas 35 tahun.

Dari data yang dibagikan, prevalensi stunting di Kota Solo tercatat 16,2% sesuai Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Adapun Kota Solo berada di peringkat lima terendah Se Jawa Tengah, angka tersebut terendah se Soloraya.

Jumlah tersebut pun turun empat persen dari tahun sebelumnya, dimana pada 2021 tercatat sebanyak 20,4% prevalensi kasus stunting.

Adapun hasil audit kasus stunting yang dilaksanakan pada 19 kelurahan di lima kecamatan menyasar sejumlah kelompok meliputi calon pengantin (catin) , ibu hamil, baduta, dan pascasalin. Pertama, di Kecamatan Banjarsari terdapat satu catin, 11 bumil, 17 baduta, satu pascasalin.

Kedua, Kecamatan Jebres terdapat 2 catin, 12 bumil, 12 baduta, 4 pascasalin. Ketiga, Kecamatan Laweyan terdapat 5 bumil, 9 baduta, 4 pascasalin. Keempat, Kecamatan Pasar Kliwon tercatat 6 bumil, 10 baduta, 3 pascasalin. Kelima, Kecamatan Serengan terdapat 4 bumil, 5 baduta, 2 pascasalin.

Lebih lanjut, para pemangku kepentingan akan berkoordinasi menindaklanjuti hasil audit kasus stunting dengan berfokus pada aksi pencegahan.

“Melalui delapan aksi konvergensi, delapan aksi percepatan secara terintegrasi, sehingga tidak hanya satu aktor,” kata dia.

Baik Wali Kota, dinas, camat, lurah, perguruan tinggi, dan lembaga masyarakat difokuskan untuk melakukan pencegahan untuk menekan kasus stunting baru. Agar Kota Solo bisa mencapai target zero kasus stunting pada 2024.

“Tidak hanya masalah nutrisi stunting ini, ada banyak faktor, sosial ekonomi, pendidikan, kesehatan reproduksi remaja, harus digarap bareng,” jelas dia.

Aksi tersebut meliputi perubahan perilaku dan pola pikir. Mulai dari penyediaan makanan dengan gizi yang seimbang dan kesehatan di lingkungannya.

Dari segi fisik, bayi stunting bisa dilihat dari tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur. Tapi secara detail, anak harus diperiksa sampai pada perkembangan otaknya untuk mendeteksi kasus stunting.

Purwanti menjelaskan pengukuran tumbuh kembang anak normal menggunakan aturan standard World Health Organization (WHO).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya