SOLOPOS.COM - RUMAH DINAS -- Rumah dinas penjaga sekolah yang ditempati Haryanto di kompleks SMPN 6 SUkoharjo terlihat sepi, akhir pekan lalu. (JIBI/SOLOPOS/Hanifah Kusumastuti)

Penjaga sekolah SMPN 6 Sukoharjo, Haryanto, dijemput Densus 88, Jumat (13/5) lalu. Delapan jam kemudian, ia dilepas. Bagaimana perasaannya sekarang?

RUMAH DINAS -- Rumah dinas penjaga sekolah yang ditempati Haryanto di kompleks SMPN 6 SUkoharjo terlihat sepi, akhir pekan lalu. (JIBI/SOLOPOS/Hanifah Kusumastuti)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat Espos mendatangi rumah dinasnya akhir pekan lalu, rumah yang berada di pojok bagian belakang SMPN 6 Sukoharjo itu terlihat sepi. Sebagian teras rumah dinas tersebut dipasangi meja kayu, yang sebelumnya dipakai istri Haryanto untuk membuka kantin. “Ya, saya Haryanto,” papar pria berkulit sawo matang yang membukakan pintu rumah.

Pada awalnya, ia enggan untuk diwawancarai. Alasannya, Haryanto mengaku masih sangat syok dan trauma dengan peristiwa penangkapan yang terjadi Jumat lalu. “Saya masih syok. Belum bisa melupakan hal itu sampai sekarang. Saya masih ingat betul. Waktu itu tiba-tiba ada polisi banyak sekali datang,” jelas bapak satu anak ini.

Saat anggota Densus 88 menangkap dan menggeledah rumah dinasnya, Haryanto sedang menyapu sampah di bagian barat sekolah. Tepatnya, di sekitar tempat parkir sepeda siswa. Haryanto menyatakan ia semakin gemetaran setelah mengetahui ada bungkusan plastik berisi ratusan peluru yang ditemukan polisi di plafon rumah dinas yang ia tempati bersama istri dan anaknya tersebut. “Saya tidak tahu apa-apa dengan peluru itu. Saya lalu diajak ke Polres Sukoharjo untuk ditanyai. Saya kemudian menceritakan apa adanya,” terang Haryanto.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Espos, 500 butir peluru yang ditemukan polisi di rumah dinas penjaga SMPN 6 Sukoharjo itu merupakan milik adik ipar Haryanto, Arifin. Arifin adalah salah satu dari empat terduga teroris yang sudah ditangkap anggota Densus 88, sebelum melakukan penyergapan terhadap terduga teroris lainnya, Siqit Qurdowi dan Hendro Yunanto di Gang Kantil II, Dukuh, Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, Sabtu (14/5) dini hari.

Tidak curiga
Haryanto mengakui beberapa kali Arifin pernah berkunjung ke rumah dinasnya di SMPN 6 Sukoharjo. Namun, ia tidak pernah menaruh curiga kepada saudaranya itu. “Kalau ada tamu, tentu kami layani dengan sebaik-baiknya. Setelah dilepas, saya beritahukan kepada kepala sekolah bahwa saya tidak terlibat, karena itu saya dilepas,” tutur Haryanto.

Haryanto dilepas polisi sekitar delapan jam setelah ditangkap. Setelah dilepas pada Jumat malam itu, Haryanto langsung pulang ke rumahnya di Desa Kenokorejo, Polokarto. Kemudian, Sabtu pagi, Haryanto sudah mulai aktif kembali bekerja membersihkan sampah dan memotong rumput di SMPN 6 Sukoharjo. Kendati sudah dilepas, Haryanto masih dikenai wajib lapor setiap Senin dan Kamis ke Mapolres Sukoharjo.

“Harapan saya untuk diangkat menjadi PNS sangat tinggi. Saya sudah menjadi pegawai tidak tetap selama 15 tahun. Semoga dengan kejadian kemarin, tidak menghambat harapan menjadi PNS,” tutur dia.

Haryanto juga menyatakan terima kasih kepada pihak sekolah, yang sampai sejauh ini masih memberikan kepercayaan kepadanya untuk tetap bekerja di sekolah itu. Sebab, jika dipecat, ia tidak tahu harus ke mana lagi mencari nafkah untuk menghidupi istri dan anaknya.

Hanifah Kusumastuti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya