SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kabupaten Temanggung. (temanggungkab.go.id)

Solopos.com, TEMANGGUNG — Kabupaten Temanggung merupakan salah satu daerah yang berada di Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Kabupaten Temanggung yang memiliki luas mencapai 870,52 meter persegi (m2) ini juga mendapat julukan sebagai Kota Tembakau. Berikut sejarah Temanggung hingga kini dijuluki Kota Tembakau.

Dilansir dari laman pertanian.go.id, tanaman tembakau diduga berasal dari Benua Amerika. Namun, tanaman yang kerap dijadikan bahan baku pembuatan rokok ini sudah masuk ke Pulau Jawa saat masa Kerajaan Mataram Islam, atau pada tahun 1523.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sekitar tahun 1659, pada masa Kolonial Belanda, penanaman tembakau rakyat dikembangkan di wilayah Kedu, Bagelen, Malang, dan Priangan.

Di wilayah Kedu, area penanaman tembakau menyebar di wilayah lereng Gunung Merbabu, Sumbing, Sindoro, dan Prahu, yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Wonosobo, Temanggung, dan Kendal.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Sawut Kuliner Khas Temanggung, Mawut Tapi Nikmat

Pada tahun 1940, areal tembakau di Jateng mencapai 65.000 hektare, yang lebih dari 30.000 hektare berada di wilayah eks Keresidenan Kedu, di mana 20.000 hektare berada di Kabupaten Temanggung.

Tak hanya menjadi area penanaman tembakau terluas, Kabupaten Temanggung kala itu juga menjadi pusat pengembangan, pengolahan, dan pemasaran tembakau di wilayah eks Keresidenan Kedu. Oleh karenanya tak heran hingga kini julukan Kota Tembakau melekat pada Kabupaten Temanggung.

Srinthil

Dikutip dari laman Internet Pemprov Jateng, luas lahan tembakau di Temanggung saat ini mencapai 18.519 hektare. Lahan itu tersebar di 19 kecamatan. Dengan areal tanaman tembakau seluas itu tak heran banyak petani di Temanggung yang menggantungkan mata pencarian dengan menanam tembakau.

Selain terkenal sebagai daerah penghasil tembakau terbanyak, Temanggung juga memiliki varietas tembakau unggulan yang kerap disebut srinthil . Hingga kini, srinthil bahkan disebut-sebut sebagai jenis tembakau dengan kualitas terbaik dan termahal di dunia.

Baca juga: Djarum Borong Tembakau Temanggung, Bupati Wanti-Wanti Jaga Kemurnian

Tembakau srinthil ini seringkali digunakan untuk dalam industri rokok sigaret kretek tangan (SKT). Alhasil, harga tembakau srinthil pun menjadi mahal. Bahkan pada tahun 1976, harga satu kilogram (kg) tembakau srinthil bisa mencapai Rp120.000. Jika berat netto satu keranjang adalah 40 kg, maka nilai jual tembakau srinthil kala itu mencapai Rp4,8 juta, atau setara harga satu mobil Jeep Toyota kala itu.

Kendati demikian, tidak semua lahan di Kabupaten Temanggung bisa ditanamai tembakau srinthil. Tembakau jenis ini biasanya hanya ditemukan di daerah tertentu seperti Lamuk Legok dan Dampit Losari yang berada di lereng Gunung Sumbing, dan daerah Kwadungan dan Bansari yang berada di lereng Gunung Sindoro.

Dilansir dari laman bolehmerokok.com, srinthil berasal dari kata sri dan ngintil. Sri merupakan nama seorang dewi kesuburan atau keberuntungan, sedangkan ngintil berasal dari bahasa Jawa yang berarti mengikuti. Jadi, bisa diartikan srinthil sebagai tembakau yang diikuti keberuntungan.

Keberadaan tembakau srinthil tak lepas dari legenda yang beredar di tengah masyarakat Temanggung. Konon pada zaman dulu, Sunan Kudus mendapat laporan dari Sunan Kedu bahwa bibit tembakau yang dititipkannya untuk ditanam tak bisa menghasilkan. Sunan Kudus kemudian melempar hewan capun emas yang jatuh di lereng Gunung Sumbing, tempat tembakau srinthil tumbuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya