SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Setiap pergantian jam pelajaran dan berpindah ke kelas yang berbeda, di depan pintu pasti saya katakan “Silakan ambil bungkus-bungkus permen, kertas-kertas, potongan kapur, apapun di bawah Anda, buang ke tempat sampah!”.

Membiasakan bersih dan peduli kebersihan tetaplah harus diulang-ulang, meski untuk tingkatan remaja SMA. Tidak cukup sekali dikatakan, perlu terus disampaikan kepada siswa. Tempo hari, serta-merta seorang siswa membopong botol-botol air mineral dari dalam laci mejanya di kelas, serempak diikuti siswa yang lain meraup sampahsampah dari dalam laci meja, membawanya ke tempat sampah di luar kelas. Teks yang berjudul NIMBY – tulisan Widya Saraswati, rupanya menggerakkan hatinya.

Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda

Bacaan pendek yang diambil dari salah satu rubrik di majalah kesehatan itu menjadi materi pembahasan dalam pelajaran membaca. Sebagian teks isinya demikian, “… Not in my back yard! Nimby! Pokoknya sampah itu jangan sampai ada di halaman belakang rumah kita. Sampah itu akan mengotori halaman orang lain, bukan urusan kita. Kalau perlu malah disembunyikan diam-diam di got tetangga. Kalau nanti bau, bikin banjir, bikin penyakit, biar tetangga yang kena.

Ekspedisi Mudik 2024

Yang penting kita selamat, dan bisa duduk manis seolah tanpa dosa. Itulah sikap hidup nimby, yang membuat kita selalu terperosok dalam belitan persoalan, termasuk dalam urusan kesehatan. Kita hanya mau hasilnya, mau enaknya, selebihnya biarlah jadi urusan orang lain. Kita enggan bertanggung jawab atas persoalan yang sebetulnya kita datangkan sendiri, dan kita melempar persoalan itu keluar dari diri kita…”

Refl eksi terhadap perilaku nimby tidak perlu jauh-jauh dari pengalaman siswa. Karena tempat duduk di kelas boleh berpindah-pindah atau berganti-ganti meja, mereka membuang sampah, botol minuman, atau bungkus makanan ke dalam laci. Ada kesan sikap mereka hanya ambil enaknya, jauh dari kesan memiliki meja yang ditempatinya. Ada satu pertanyaan di akhir bacaan itu, adakah kaitan perilaku nimby dengan kebiasaan Anda di kelas? Mereka bukan menulis untuk menguraikan jawaban, tetapi langsung bertindak.

Mesti bicara
Ada ‘kerinduan diam-diam’ di kalangan pendidik dan orang tua akan pendidikan yang membentuk karakter atau budi pekerti. Mengapa anak-anak sekarang tidak mudah tergerak ringan tangan segera memungut sampah atau mencuci piring sendiri?

Dalam sebuah forum perbincangan pendidikan karakter terungkap kejengkelan seorang guru yang mencoba memberi contoh dengan memunguti sampah di sekolah. Pasalnya, bukannya siswa tergerak meniru, malahan semakin tergantung pada tindakan guru.

Adakah yang salah dengan situasi tersebut? Dengan dalih demokratis, para orang tua atau guru tidak mau berkonfl ik dengan anak, tidak mau memberikan perintah, enggan menunjukkan kesalahan dengan kata-kata. Dalam banyak hal para orang tua tidak bisa mengandaikan anak-anak otomatis bertindak sendiri atau tahu yang harus dilakukan. Untuk berbagai hal yang berkait dengan kebaikan, guru dan orang tua tetaplah harus ‘cerewet’.

Berbicara adalah tindakan mendidik yang ampuh, kata-kata adalah sarana pendidikan yang berulang-ulang mesti disampaikan. Bahkan, untuk tingkatan mahasiswa sekalipun, mesti terus diingatkan pentingnya hadir tepat waktu dalam perkuliahan atau berpakaian sesuai situasi. Dalam Educating for Character, (Suparno, 2002) Lickona menyebut pentingnya tiga unsur dalam diri siswa yang mesti terperhatikan, yakni pengertian, perasaan, dan tindakan.

Ketiga unsur tersebut saling berkaitan, supaya nilai-nilai (values) yang disampaikan tidak berhenti sebatas pengetahuan, tetapi sampai pada tindakan. Jika salah satu nilai penting dalam pembentukan karakter yakni mengajak anak dapat mencintai lingkungan dan kebersihan, maka salah satu tindakan penting yang mesti dilakukan pendidik adalah: bicara!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya