SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Bisnis)

Harteknas 2016 memperlihatkan inovasi yang berkembang dari kampus. Namun, sebagian dinilai belum kompetitif terkait harga dan komponen impor.

Solopos.com, SOLO — Jalan Sehat Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) 2016 yang diikuti ratusan pesarta di arena car free day (CFD) Jl. Slamet Riyadi, Minggu (7/8/2016) pagi, menunjukkan satu hal. Ada banyak inovasi yang muncul di Kota Solo dan berpotensi dikomersialkan. Benarkah ini pertanda Solo bisa jadi Silicon Valley-nya Indonesia?

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir beserta Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo, terlihat antusias saat diajak menengok stan pameran produk ilmu pengetahuan dan teknologi karya anak bangsa. Setibanya di stan pameran sepeda listrik Bikuns Electric Bike kreasi tim riset Universitas Sebelas Maret (UNS Solo), Menristekdikti tergerak menjajal sepeda roda dua berwarna abu-abu.

Spontan, dia memboncengkan Rektor UNS Ravik Karsidi dan mengajak berkeliling seputar stan pameran di CFD. “Ini baterainya pakai apa?” tanya Nasir kepada sejumlah anggota tim riset Bikuns Electric Bike. Baca juga: Simak Pidato Menristekdikti Ini, Dijamin Anda Bangga.

“Lithium,” jawab Muhammad Nizam, salah seorang dosen pembimbing pembuatan sepeda listrik UNS. “Hati-hati nanti limbah lithium-nya,” pesan Menristekdikti. “Kalau bisa nanti produknya scale up ke industri dengan harga jual yang lebih kompetitif dibandingkan sepeda motor. Ini satu sepeda dijual berapa?” tanyanya lagi.

“Satu sepeda sekitar Rp7 juta,” ujar Nizam. “Kalau bisa di angka Rp5 juta ke bawah. Nanti saya pesan ke LIPI supaya membantu penyediaan baterai,” kata Nasir sebelum berlalu mengunjungi stan pameran lain.

Rektor UNS Ravik Karsidi mengutarakan sepeda listrik buatan mahasiswa UNS dalam waktu dekat bisa dipesan masyarakat. “Saat ini kami sudah terima pesanan 100 sepeda listrik selama Harteknas 2016. Di kampus saat ini sudah ada 23 unit. Nantinya ketika pengembangan baterai sepeda listrik sudah final, harga bisa jauh lebih murah,” jelasnya.

Menristek didampingi Wali Kota Solo pagi itu juga melihat pameran mobil desa serbaguna yang dikembangkan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang (Unnes). Nasir mengamati dengan jeli mobil niaga berwarna putih itu. Dia lantas bertanya kepada tim kreator. “Komponennya berapa persen yang impor?”

Salah satu dosen pembimbing pembuatan mobil desa serbaguna Unnes, Ahmad Mustamil Khoiron, menyebutkan masih ada 10% komponen impor dari kreasi timnya. “Ring starter-nya masih impor,” jelasnya.

“Kalau hanya ring starter, minta dibuatkan anak-anak ATMI atau pabrik di Klaten saja bisa,” cetus Wali Kota Solo diamini Menristekdikti.

Nasir lantas memberikan wejangannya kepada tim asal kampus di Semarang itu. “Dalam menghadapi era persaingan seperti saat ini, kita harus berhati-hati memanfaatkan komponen impor. Nanti kalau diklaim negara lain, kita enggak bisa protes. Kecuali untuk assembling,” ujar dia.

Menristek mengapresiasi setiap inovasi kreasi anak bangsa dari Universitas Islam Sultan Agung, Universitas Negeri Diponegoro, Unnes, Universitas Negeri Yogyakarta, UNS, Institut Teknologi Surabaya, hingga PT Pindad yang dipamerkan di CFD Jl. Slamet Riyadi sebagai rangkaian kegiatan Harteknas 2016.

“Saya berharap, penyelenggaraan Harteknas di luar Ibu Kota ini bisa menggelorakan inovasi karya anak bangsa di daerah,” kata dia.

Nasir mendorong agar ke depan setiap inovasi yang dihasilkan Perguruan Tinggi, manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat luas. “Inovasi bisa hadir untuk masyarakat. Bukan hanya dinikmati perguruan tinggi saja. Dengan begitu inovasi bisa menjadi kemandirian dan daya saing bangsa,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya