SOLOPOS.COM - Warga Kelurahan Joho, Kecamatan Sukoharjo, Antonius Bimo Wijanarko, Minggu (9/11/2014), menunjukkan beberapa pecahan tembikar yang berserakan di areal persawahan desa tersebut. Areal persawahan itu kerap jadi lokasi perburuan benda-benda kuno. (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO — Bumi Sukoharjo menyimpan banyak harta terpendam. Kenyataan itu menjadi magnet bagi para pemburu harta karun berupa benda-benda kuno peninggalan manusia masa lalu.

Salah satu lahan perburuan harta karun itu adalah areal persawahan di kawasan Kelurahan Joho di dekat perbatasan dengan Kelurahan Mandan, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada musim kemarau, di mana air sulit didapat, lahan persawahan itu dibiarkan kering. Berdasarkan pengamatan Solopos.com, Minggu (9/11/2014), lahan itu tampak berlubang di sana-sini. Diameter lubang itu rata-rata 30 sentimeter (cm). Di sekitarnya berserakan pecahan-pecahan tembikar.

Menurut keterangan warga setempat, lubang itu bekas galian para pencari harta dan benda-benda kuno. Hal itu sudah lazim terjadi dan sudah berlangsung sejak sekitar 1999 lalu.

Para pencari harta dan benda-benda kuno itu kebanyakan datang dari luar Sukoharjo. Ada yang dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, bahkan luar Jawa. Mereka biasanya datang pada musim kemarau dan menyewa lahan warga untuk beberapa hari atau bulan dengan nilai sewa Rp1 juta-Rp3 juta.

“Mereka mencari benda-benda kuno. Ada yang menemukan kalung, cincin, coek, dan manik-manik,” ujar warga setempat, Siyono, saat ditemui Solopos.com, Minggu (9/11/2014).

Siyono mengaku sering melihat langsung proses penggalian itu bersama tetangganya. Warga lainnya, Tri Joko, mengatakan para pemburu harta tak hanya mengincar lahan sawah tapi juga pekarangan warga lantaran diduga menyimpan benda-benda kuno.

“Mereka tak hanya bawa alat, seperti linggis, cangkul, penyaring pasir, dan lain-lainnya. Tak sedikit yang menyewa jasa ahli nujum untuk mencari lokasi benda-benda kuno,” kata dia.

Ketua RT 001/RW 005 Kelurahan Mandan, Sukidi, juga mengaku kerap menyaksikan aktivitas perburuan benda kuno karena rumahnya berada tak jauh dari lokasi penggalian di Kelurahan Joho. Aktivitas itu biasanya dilakukan malam hari.

Warga setempat, menurut Sukidi, tak tertarik menggali tanah untuk mencari benda-benda kuno. “Hla buat apa tembikar, manik-manik, dan kendi-kendi tua itu. Toh warga juga tak tahu bagaimana menjualnya. Lebih baik tanahnya disewakan,” ujar dia.

Belasan Tahun
Menurut Sukidi, aktivitas penggalian lahan lahan untuk mencari benda kuno sudah berlangsung sejak belasan tahun silam. Namun, ia tak tahu persis kapan kali pertama aktivitas penggalian lahan sawah warga itu dilakukan.

“Seingat saya, pada 1999 sudah ada warga yang berdatangan ketika musim kemarau datang. Setiap musim kemarau, sawah di sini kan diberakan [tak digarap],” kata dia.

Terakhir, aktivitas penggalian dilakukan sekitar sebulan lalu. Namun, yang datang kali itu mengaku sebagai dosen dari sebuah perguruan tinggi untuk kepentingan penelitian kepurbakalaan. Sukidi mengaku tak sempat menanyakan nama dan identitas lengkap setiap orang yang datang ke lokasi itu.

“Yang jelas, mereka ingin menggali benda-benda di bawah tanah. Mereka itu menyewa dan tanah bekas galian dikembalikan. Jadi, pikir kami enggak ada masalah,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya