SOLOPOS.COM - (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Mufid Aryono)

Harstwin Valientara Putra Romadlon< (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Mufid Aryono)

Tak pernah terpikirkan di benak Harstwin Valientara Putra Romadlon bahwa lukisannya yang dibuat dalam waktu mepet bisa meraih gelar juara II tingkat dunia dalam lomba desain mobil konsep yang digelar pabrikan mobil dunia, Toyota. Berkat prestasinya itu, siswa Kelas VII SMPN 2 Boyolali ini bakal ke Jepang Agustus mendatang untuk menerima hadiahnya.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Saat ditemui di sekolahnya, Harstwin mengaku sangat terkejut dengan prestasi yang diraihnya tersebut. Pasalnya, dirinya tidak menyangka kalau konsep yang dikirimkannya itu menjadi pilihan juri internasional dan mengalahkan sekitar ribuan desain dari sekitar 20 negara yang masuk ke panitia.

Harstwin menceritakan awal dirinya mengikuti lomba itu. Saat itu, sekitar dua bulan lalu, dirinya membaca majalah anak-anak Dirinya tertarik dengan iklan tentang 5th Toyota Dream Car Art Contest. “Setelah membaca iklan itu, saya kemudian mencoba googling internet untuk mencari lebih lanjut tentang lomba itu bersama orangtua, termasuk meng-crosscheck informasi itu,” ujar Herstwin.

Ekspedisi Mudik 2024

Setelah yakin dengan lomba itu, dirinya kemudian mencoba membuat konsep desain mobil sesuai dengan tema lomba. Setelah melalui berbagai konsep, akhirnya dirinya membuat konsep desain secara manual. “Saya hanya mencorat-coret bentuk mobil sesuai dengan keinginan saya. Setelah itu, ada beberapa perbaikan, lantas saya warnai sesuai konsep yang ada,” tambahnya.

Harstwin mengaku dengan menggambar konsep desain secara manual itu, membuat dirinya tidak memiliki duplikat gambar itu. Pasalnya, dirinya ditenggat waktu pengiriman. “Tiga hari saya menyelesaikan konsep desain itu, kemudian langsung saya kirim ke panitia lomba. Akhirnya saya tidak memiliki duplikat gambar yang dikirimkan,” paparnya.

Menurut Harstwin, mobil yang diberi nama Environment Friendly Portable Car atau mobil lipat ramah lingkungan berkonsep tentang mobil impian yang ramah lingkungan. Mobil itu di desain mobil lipat yang ramah lingkungan dan memudahkan parkir. “Konsep desain mobil yang saya buat itu bisa dilipat, tidak memerlukan parkir yang luas dan ramah lingkungan, karena mobil bisa dilipat,” jelas dia.

Selain itu, mobilnya hanya untuk satu orang. Di samping itu, juga menggunakan energi listrik berupa baterai isi ulang dengan menggunakan energi dari belut listrik. “Masalah mesin sudah teratasi dengan baterai dan ramah lingkungan, termasuk menggunakan energi listrik dari belut listrik yang belum pernah digunakan sebelumnya,” ujar siswa yang bercita-cita sebagai pilot ini.

Harstwin beralasan, konsep mobil lipat itu diajukan melihat kondisi masa depan, dimana mobilitas warga sangat tinggi. Padahal, lahan semakin terbatas, sehingga membutuhkan mobil yang ramah lingkungan dan memudahkan saat memarkir di tempat umum. “Mobil lipat itu merupakan imajinasi saya agar konsep keruwetan lalu lintas atau permasalahan jalan raya bisa teratasi dengan mobil lipat,” jelas remaja kelahiran 9 Januari 1998 ini.

Harstwin menceritakan setelah konsep itu dikirim, dirinya masuk dalam lima besar pemenang di tingkat nasional. Dari lima besar itu, jelas Harstwin, disaring menjadi tiga besar. “Di tingkat nasional saya menjadi juara III. Dari tiga besar tingkat nasional itu kemudian konsep itu dikirim ke Jepang diadu dengan konsep lainnya di seluruh dunia,” jelasnya. Tak dinyana, jelas Harstwin, justru dirinya yang menjadi juara II dalam ajang kontes konsep desain seni Toyota itu, Juara pertama diraih dari Thailand dan juara III dari Bangladesh,” tandas warga Perum Ngaru-Aru, Banyudono ini.

Prestasi bertumpuk
Ternyata prestasi yang diraih Harstwin tak hanya didunia lukis. Tercatat ada sekitar 200 piala yang berhasil diraih alumni SDN Ngaru-Aru Banyudono ini. Tak hanya ditingkat kabupaten, tetapi juga tidak provinsi hingga nasional. Sarat prestasi yang diraih Harstwin ini tak hanya dibidang seni lukis.

Tercatat tahun 2010 lalu, dirinya juga menjadi finalis dalam ajang Panasonic Award untuk kategori film dokumenter pemula. Menurut Harstwin, dalam ajang itu, awalnya dirinya diminta mengirim konsep dan storyline ke pihak panitia.

“Ternyata masuk 10 besar finalis. Kemudian saya diundang ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan pembuatan film termasuk mendapat bantuan handycam dan peralatan lainnya untuk pembuatan film,” papar dia. Setelah mengikuti pelatihan, film berjudul Aku Bangga Jadi Anak Reog itu menggambarkan suasana anak-anak di Desa Sumur, Kecamatan Musuk yang memiliki kesenian reog. “Film itu berdurasi lima menit dengan jumlah kru sebanyak 10 orang termasuk aktor dan aktris yang kesemuanya teman sekolah. Sebagai sutradara saya sendiri,” tandasnya.

Darah seni sepertinya memang mengalir pada putra pertama dari empat bersaudara pasangan Ulil Albab Al Istihar dan Rini Hastuti itu. Maklum pasangan suami istri ini berkecimpung di dunia seni rupa. Sang ayah, menjadi dosen desain di UNS dan Ponpes Al Mukmin, Ngruki. Sedang, ibunya menjadi guru seni di TK Al Firdaus Solo.

Prestasi yang diraih Harstwin tidak didapat secara instan. Sejak berusia empat tahun, Hartswin mulai rajin mengikuti lomba lukis yang digelar di Solo. “Saat lomba itu saya masih berusia empat tahun. Baru ikut lomba mewarnai gambar. Alhamdulillah meraih juara harapan III,” jelas Harstwin. Menurutnya, dengan prestasi yang diperolehnya itu, dirinya terus mengembangkan bakatnya di bidang seni. Bahkan, menurut Harstwin, orangtuanya sangat mendukung untuk mengembangkan bakatnya. “Setiap lomba melukis dan kegiatan yang lain pasti saya ikuti,” tambahnya.

Bakat yang dimiliki Harstwin ini ternyata sudah terpantau sejak awal. Hal itu diakui guru seni SMPN 2 Boyolali, Mularso. Menurutnya, bakat terpendam Harstwin itu diketahuinya, saat anak didiknya tersebut mengikuti lomba lukis dan mewarnai yang digelar sebuah lembaga sosial di Boyolali di Umbul Tlatar.

“Saat itu, saya juga menjadi salah satu juri dan ternyata terpikat dengan hasil karya Harstwin yang saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar. Menurut saya, hasil Harstwin itu sangat bagus untuk kategori siswa SD. Akhirnya, saya terus berkomunikasi dengan orangtuanya terkait bakat yang dimilikinya,” ujarnya.

Ahmad Mufid Aryono

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya