SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KARANGANYAR–Sejumlah ibu-ibu dan bapak-bapak duduk di ruang tamu rumah Sri Rahayu di Dusun Karangkidul, RT 008/RW 002, Desa Pulosari, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar, Kamis (18/10/2018) sore. Perempuan yang akrab disapa Yayuk itu kader harmoni di Dusun Karangkidul.

Selain Yayuk, ada Sumarmi, Suwarno, Mai Astri, Giyanti, Suyono, Astrid, dan Zaini. Kamis sore, mereka berkumpul membuat kerajinan tangan. Sumarmi bersandar pada lemari sembari mengikat dua lingkaran yang berhimpitan menggunakan tali plastik warna hijau. Setiap irisan dua lingkaran diikat beberapa kali sehingga ikatan membentuk menyerupai segitiga. Di sisi lain, Mai dan Suwarno sedang mengecek barang yang telah jadi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mereka membuat wadah gelas air mineral, vas, tempat tisu, dompet, tempat sabun, tempat pensil, tempat jilbab, piring, dan lain-lain. Mereka membuat barang-barang menggunakan bekas kemasan air minum dan tali plastik berukuran kecil. Setiap barang berwarna hijau, ungu, kombinasi kuning-biru, dan kombinasi sejumlah warna lainnya.

“Tempat pensil terbuat dari 36 lingkaran, piring kecil 40 lingkaran, tas jinjing untuk belanja 235 lingkaran. Jumlah lingkaran tergantung ukuran barang yang akan dibuat. Semakin kecil barang yang akan dibuat, semakin rumit karena rongga [jarak antara lingkaran] rapat,” jelas kader harmoni, Suwarno, saat ditanya cara pembuatan.

Kegiatan itu bagian dari program Harmoni Berseritera [bersih, sehat, rapi, indah, dan sejahtera]. Mereka memanfaatkan sampah rumah tangga yang ditabung di bank sampah di Dusun Karangkidul. Sampah sudah dipilah sejak dari rumah. Warga Dusun Karangkidul menabung di bank sampah lebih dari enam bulan lalu. Tetapi pemanfaatan sampah bekas kemasan air minum menjadi barang bernilai jual belum ada satu bulan.

Kader harmoni lainnya, Sri Rahayu, menceritakan proses belajar membuat barang dari sampah kemasan air minum. Berawal dari kunjungan ke Kampung Wisata Edukasi Kopen di Sukoharjo pada awal Agustus. Mereka berjalan-jalan ke kampung melihat taman, daur ulang sampah, kompos, biopori, hasil kreativitas mengolah sampah, dan lain-lain.

“Kami sudah pilah sampah dijual ke bank sampah. Dijual kiloan. Kok pingin buat juga [kerajinan dari sampah]. Akhirnya mengundang orang sana [Kampung Wisata Edukasi Kopen] mengajari kami. Akhir September belajar selama dua jam diajari bikin piring saja,” cerita Yayuk.

Praktiknya, mereka tidak hanya bikin piring. Mereka bikin barang lain mengandalkan imajinasi, kreativitas, dan niat. “Intinya cara menganyam sama. Diikat menggunakan simpul pangkal supaya tidak gampang lepas. Barang lain itu diotak-atik sendiri. Kesulitan ada di kesabaran dan niat. Kadang-kadang mutung karena rumit tetapi tertantang lagi untuk menyelesaikan,” ujar dia.

Hal senada disampaikan pengurus Bank Sampah di Dusun Karangkidul, Mai Astri. Mai berharap kegiatan baru mereka itu bisa meningkatkan kesejahteraan warga. Selain uang, mereka berharap bisa menularkan ilmu kepada warga lain maupun pemuda.

Pengurus Yayasan Harmoni, Deni Lestari, berusaha memfasilitasi kebutuhan warga setelah memproduksi kerajinan dari daur ulang sampah. Deni menjelaskan kegiatan itu bagian dari 3R, yakni reduce, reuse, dan recycle. Yayasan Harmoni memantik kreativitas warga dengan mengajak berkunjung ke kampung iklim yang sudah berhasil. Umpan itu ternyata disambar kader harmoni.

“Kami memfasilitasi yang sekiranya bisa. Misalnya penyediaan etalase, promosi melalui media sosial maupun ke tempat yang ramai dikunjungi orang. Ini awal dari 3R. Tahun ini kami fokus ke recycle dulu. Ini peningkatan ekonomi. Sampah enggak hanya dijual tapi dibikin barang bernilai jual,” ungkap Deni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya