SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta (Solopos.com)–Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) keberadaan nyaris punah. Diperkirakan jumlah harimau Sumatera tinggal 7 persen atau sekitar 400-500 ekor saja.

Hal ini diakibatkan maraknya perdagangan ilegal satwa liar dan deforestasi hutan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Harimau Sumatera merupakan satu-satunya dari subspecies harimau yang masih tersisa di Indonesia. Sementara subspecies harimau Jawa dan harimau Bali sudah punah duluan

“Populasi harimau Sumatera kini tinggal tersisa 7 persen di masing-masing habitatnya. Indonesia merupakan satu-satunya negara di dunia yang mengalami kepunahan dua seb species harimau sekaligus,” kata pemerhati fauna Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Satyawan Pudyatmoko dalam seminar konservasi harimau Sumatera di Auditorium Fakultas Kehutanan, Sabtu (16/4/2011).

Menurut dia, saat ini hanya ada sekitar 400-500 ekor harimau Sumatera yang masih hidup. Jumlah tersebut menurun drastis dalam 40 tahun terakhir. Padahal jumlahnya pernah mencapai 1200-an ekor di tahun 1970-an.

“Harus ada konservasi agar tidak punah seperti harimau Jawa dan harimau Bali,” tambahnya.

Salah satu caranya, lanjut dia, dengan menambah lahan kawasan konservasi sebagai areal habitat populasi lestari. Untuk bisa lestari dalam jangka 100 tahun minimum kawasan konservasi menampung 250 ekor harimau dengan luas minimum habitat 1 ekor per 100 kilometer persegi.

Namun luas habitat kawasan konservasi hanya 58.321 kilometer persegi. Padahal luas habitat potensial mencapai 144 ribu kilometer persegi.

“Hanya 29 persen dari habitat harimau yang masuk dalam kawasan konservasi,” lanjutnya.

Sementara itu koordinator Wildlife Species WWF Indonesia Chairul Shaleh menyampaikan salah satu penyebab kepunahan harimau Sumatera adalah bisnis perdagangan satwa liar di seluruh dunia.

Bisnis satwa harimau merupakan bisnis hewan liar kedua setelah kera.

“Tiap tahun diperkirakan 100 ekor harimau di seluruh dunia dibunuh. Dagingnya dijual untuk dikonsumsi, sedangkan kulitnya untuk dikoleksi,” jelasnya.

Untuk melestarikan harimau Sumatera ini bisa dilakukan dengan kebijakan tiger farming seperti yang dilakukan di China.

Meski hasil dari penangkaran dan pengembangbiakan harimau ini di jual di pasaran namun tetap dalam bertujuan melindungi populasinya dari kepunahan.

“Tidak hanya China, di Afrika seperti di Zimbabwe dan Mozambik juga berhasil melakukan hal yang sama dalam pengembangbiakan populasi gajah untuk mengantisipasi terjadinya kepunahan,” imbuh Chairul.

(Detikcom/nad)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya