SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com,SOLO–Petang menjelang namun kesibukan di pelataran Gedung Rektorat ISI Solo, Senin (28/4/2014), belum surut. Puluhan penari yang terlibat dalam gelaran Solo 24 Jam Menari 2014, masih tampak sibuk melakoni gladi resik upacara pembukaan ajang perhelatan tahunan yang digelar Selasa-Rabu (29-30/4).

Panitia penyelenggara dalam kegiatan yang melibatkan sekitar 4.600 penari asal Indonesia, Singapura, Malaysia, Belanda, dll ini tak kalah sibuk. Mereka terus memantau sambil memastikan, persiapan salah satu ajang yang dinantikan ini bisa berjalan sesuai rencana.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Terdapat enam agenda utama dalam kegiatan yang berlangsung selama 24 jam ini antara lain pertunjukan tari di kompleks kampus ISI Solo, pertunjukan tari di ruang publik Soloraya, orasi tari oleh Sal Murgiyanto, sarasehan tari, gelar maestro tari, dan suguhan utama melihat aksi enam penari yang akan menari selama 24 jam.

“Kami ingin tari tidak hanya sebatas menjadi tontonan, tapi juga bisa menjadi kajian yang didiskusikan. Makanya tahun ini kami selain mengadakan sarasehan tari juga menyelenggarakan gelar karya delapan maestro tari Indonesia,” terang Dwi Wahyudiarto, Ketua Umum Penyelenggara Solo 24 Jam Menari, saat berbincang di Teater Besar Kampus ISI Solo, Kamis (24/4/2014).

Budayawan Suprapto Suryodarmo, menilai gelaran tahunan yang sudah menginjak tahun kedelapan ini makin populer bagi masyarakat Soloraya. Menurutnya, gelaran Solo Menari 24 Jam bukan hanya sebagai tontonan bagi masyarakat, namun juga menjadi bahan rujukan pembahasan.

“Hari Tari Sedunia dimaksudkan bukan hanya event, srawung berbagai gaya tari. Tapi juga menampilkan laku tari. Tari bisa menjadi medium untuk mencapai nilai kemanusiaan. Ke depan semoga porsi pembahasan sebagai bagian dari kajian bisa makin lebih banyak,” harapnya.

Ketua Penyelenggara Solo Menari 24 Jam 2014, Eko “Pebo” Supendi, mengungkapkan pergelaran yang mengusung tema Dancing Out Loud, Suara Tubuh Membuka Hati ini bakal menampilkan tata artistik berupa kursi.

“Kami mengeksplorasi kursi. Tahun ini [politik] baru ramai rebutan kursi. Selain itu, di kelembagaan [kampus ISI Solo] juga sedang ada perubahan. Ini yang kami tampilkan sebagai pendukung artistik utama nanti,” pungkas Pebo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya