SOLOPOS.COM - Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, saat menjelaskan acara Trilogi tari yang berkolaborasi dengan Pura Mangkunegaran, Minggu (28/4/2024) siang. Hadir dalam acara itu KGPAA Mangkunegoro X. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO—Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktur Jenderal Kebudayaan bersinergi dengan Pura Mangkunegaran, menggelar trilogi tari dalam rangka merayakan Hari Tari Dunia, Sabtu-Senin (27-29/4/2024).

Acara yang digelar itu sekaligus untuk memperingati Adeging Mangkunegaran ke-267 digelar di Solo. Berdasarkan siaran pers yang diterima Solopos.com, Trilogi tari dimulai di Candi Sukuh, Kabupaten Karanganyar, yang kaya simbolisme kesuburan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Setelah itu acara dilanjutkan di Pura Mangkunegaran sebagai simbol rumah dan warisan budaya. Tari Bedhaya Senapaten Diradameta kaya akan nilai spiritual dan historis. Trilogi tari mencapai puncak dengan perayaan perhelatan 24 jam menari.

Sesi itu akan digelar di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, yang melambangkan kelahiran dan energi berkelanjutan untuk generasi mendatang. Kegiatan tersebut brtujuan menyambung kembali masyarakat modern dengan akar budayanya.

Khusus melalui perayaan seni tari yang mendalam dan penuh makna. Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan Ditjen Kebudayaan Kemendibudristek terus berkomitmen memperkuat identitas nasional melalui kebudayaan.

Indonesia harus menjadi pusat keunggulan seni dan budaya tingkat global. “Termasuk di dalamnya seni tari tradisional yang di dalam setiap geraknya memiliki makna yang merepresentasikan warisan masa lalu dan cerminan masa kini,” ujar dia.

Melalui serangkaian acara berkolaborasi dengan Pura Mangkunegaran, Ditjen Kebudayaan tidak hanya menonjolkan keindahan seni tari. Tapi juga menghubungkan kembali masyarakat modern dengan agar budaya mereka,” terang dia.

“Dalam upaya menggabungkan tradisi dan modernitas, Ditjen Kebudayaan dan Pura Mangkunegaran tidak hanya berperan melindungi warisan budaya, tetapi pilar kekuatan pendukung pengembangan dan pelestarian budaya bangsa,” tutur dia.

Kemendibudristek dan Mangkunegaran bertindak sebagai simbol kekuatan yang mempertemukan masa lalu dan masa kini. Pemimpin Pura Mangkunegaran, KGPAA Mangkunegoro X, mengatakan MN salah satu institusi kerajaan tradisional di Solo.

“Pura Mangkunegaran terus berupaya agar kebudayaan tidak sekadar menjadi warisan masa lalu. Untuk melestarikan kebudayaan di tengah zaman yang terus berubah, beragam upaya pengembangan dilakukan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak,” kata dia.

MN X mengaku senang bisa berkolaborasi dengan Ditjen Kebudayaan. “Kami berharap lebih bermanfaat untuk masyarakat, seniman, budayawan, dan semua pihak. Mangkunegaran bukan hanya memikirkan diri sendiri, kami ingin memberikan dampak yang lebih luas,” sambung dia.

Menurut MN X, acara dibagi ke dalam tiga acara utama yang saling terkait, serta memperkuat makna satu sama lain. Selain itu acara menyajikan simbolisme mendalam dan nilai budaya yang kaya dalam merayakan kesuburan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya