SOLOPOS.COM - Ilustrasi (antara)

Hari Tanpa Tembakau Sedunia diperingati sebagai hari antirokok.

Solopos.com, SOLO — Setidaknya, ada dua tanda pagar (tagar) yang digunakan para pengakses Internet (netizen) dalam memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, yang jatuh hari ini, Minggu (31/5/2015). Tagar tersebut yaitu #WorldNoTobaccoDay dan #HariTanpaTembakau Sedunia.

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

Hari anti-tembakau ini diperingati seluruh dunia tiap 31 Mei. Terkait dengan itu, peneliti dari Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LDUI), Abdillah Ahsan menjabarkan setidaknya ada 250 ribu jumlah kematian karena rokok.

Menurut Ahsan, kasus penyakit mematikan yang disebabkan karena rokok, antara lain stroke, jantung, kanker, paru-paru, dan hipertensi. Ia juga berpendapat, pemasukan negara dari cukai rokok yang hanya Rp100 triliun, justru tidak sebanding dengan dampak ekonomi akibat rokok yang mencapai Rp300 triliun.

Kerugian akibat rokok tentu saja karena penyakit yang bisa menggerogoti kesehatan masyarakat Indonesia. Sehingga, angka pemasukan tidak seimbang dengan biaya pembelian rokok dan biaya kesehatan masyarakat.

“Lalu hilangnya pendapatan akibat yang bersangkutan sakit karena rokok,” jelas Abdi di Jakarta sebagaimana dilansir Okezone, Minggu.

Dalam kesempatan yang sama, Abdi juga menjelaskan potensi penurunan kualitas generasi karena rokok. Hal tersebut akan berdampak pula pada potensi ekonomi negara karena remaja perokok aktif memiliki kemungkinan hidup lebih pendek daripada remaja yang tidak meracuni dirinya dengan rokok.

“20 tahun (usianya) hilang, bisa dibayangkan potensi kerugian materiil yang melayang,” lanjut Abdi.

Mengingat dampak buruk rokok tersebut, Abdi mengimbau agar masyarakat tidak merokok, setidaknya untuk satu hari di peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia.

“Mumpung hari anti-tembakau, tidak usah merokok dulu, minimal sehari, syukur-syukur bisa seterusnya,” imbau Abdi.

Tak cukup sampai di situ, fakta lain terkait fenomena rokok di Indonesia cukup mencengangkan. Dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan, Indonesia mendapat julukan baby smoker, lantaran jumlah perokok anak di bawah 10 tahun tercatat sebanyak 239.000 orang.

Maraknya penggunaan rokok di kalangan anak dan remaja ini tidak lepas dari peran media yang kerap menampilkan iklan rokok. Sekitar 70% remaja Indonesia mengaku mulai merokok karena melihat iklan rokok yang menarik perhatian, sampai akhirnya mereka merelakan menghabiskan uang jajannya untuk membeli rokok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya