Semarang
Sabtu, 12 Oktober 2019 - 20:50 WIB

Hari Tanpa Bayangan, Suhu Semarang Capai 37,4 Derajat Celcius

Imam Yuda Saputra  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga melintasi jalur lambat di Jl. Kolonel Sutarto, Jebres, Solo, saat proses kulminasi matahari berlangsung, Kamis (10/10/2019). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SEMARANG — Hari Tanpa Bayangan yang terjadi di Kota Semarang, Jumat (11/10/2019) ternyata turut dibarengi dengan fenomena alam yang berbeda dari biasanya.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ahmad Yani Semarang, Achadi Subarkah Raharjo, menyebut fenomena alam yang terjadi bersamaan dengan datangnya Hari Tanpa Bayangan itu antara lain perubahan cuaca, seperti suhu udara yang naik tajam dan windshear atau perubahan angina yang terjadi secara tiba-tiba, terutama di daerah pesisir.

Advertisement

“Kami melakukan pengamatan beberapa parameter cuaca saat datangnya Hari Tanpa Bayangan, seperti pengukuran suhu udara. Dari catatan kami, maksimum suhu udara yang dicapai hari ini [Jumat] mencapai 37,4 derajat Celcius,” tulis Achadi dalam keterangan resmi yang diterima Semarangpos.com, Jumat malam.

Achadi menambahkan untuk windshear di daerah pesisir Kota Semarang terjadi sebelum datangnya Hari Tanpa Bayangan. Windshear itu terjadi sekitar pukul 10.00-10.40 WIB atau beberapa menit sebelum Hari Tanpa Bayangan terjadi di Kota Semarang dan sekitarnya atau Semarang Raya.

“Kecepatan angina yang kami deteksi melalui peralatan low level windshear alert system (LLWAS) mencapai 36 km per jam,” ujarnya.

Advertisement

Fenomena alam Hari Tanpa Bayangan atau yang disebut juga kulminasi utama terjadi di wilayah Semarang Raya, Jumat sekitar pukul 11.25.06 WIB.

Kemunculan Hari Tanpa Bayangan itu pun membuat banyak warga Semarang penasaran. Bahkan, beberapa orang di antaranya berusaha membuktikan fenomena Hari Tanpa Bayangan itu. Mereka membuktikan fenomena itu dengan cara memotret objek, baik benda atau manusia di luar ruangan.

“Iya, benar tadi cone yang saya potret tidak tampak bayangannya. Bayangannya tertumpuk dengan objek itu sendiri,” ujar warga Jomblang, Danny A. Utama, saat berbincang dengan Semarangpos.com di kompleks Kantor DPRD Jateng, Jumat siang.

Advertisement

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas I BMKG Semarang, Iis Widya Harmoko, mengatakan saat Hari Tanpa Bayangan letak matahari berada tepat di atas kepala manusia. Kondisi itulah yang membuat suhu udara terasa sangat panas saat Hari Tanpa Bayangan terjadi.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif