SOLOPOS.COM - Suasana hari tanpa bayangan di kawasan Tugu Muda, Kota Semarang, Senin (11/9/2021). (detik.com)

Solopos.com, SEMARANG – Fenomena hari tanpa bayangan terjadi di Kota Semarang, Senin (11/10/2021). Fenomena alam itu terjadi sekitar pukul 11.25 WIB.

Dikutip dari detik.com, fenomena hari tanpa bayangan itu membuat sejumlah bangunan di Kota Semarang menjadi tidak tampak bayangannya. Meski pun matahari bersinar cukup cerah di ibu kota Provinsi Jawa Tengah (Jateng) itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu bangunan yang tidak terlihat bayangannya adalah Tugu Muda. Bangunan yang menjadi landmark Kota Semarang itu terlihat tanpa bayangan, meski matahari bersinar cerah.

Baca juga: Catat Jam dan Lokasinya, 2 Hari Tanpa Bayangan di Soloraya

Benda-benda di sekitarnya pun demikian, khususnya terlihat pada benda-benda tegak seperti tiang, lampu taman, batu prasasti, dan lainnya. Namun untuk benda menggantung seperti gerbang tanaman atau lampu taman yang ujungnya lebih besar dari pangkalnya terlihat masih berbayang. Peristiwa itu terjadi hanya beberapa menit, kemudian matahari sering tertutup awan.

Kepala Data dan Informasi BMKG Ahmad Yani Semarang, Iis Widya Harmoko, mengatakan fenomena hari tanpa bayangan terjadi karena ada gerak semu matahari.

Pergerakan itu karena bidang ekuator bumi atau bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi bumi. Dengan kondisi itu, posisi matahari dari bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun antara 23,5°LU sampai 23,5°LS.

“Pada tahun ini, matahari tepat berada di Khatulistiwa pada 20 Maret 2021 pukul 16.37 WIB, dan 23 September 2021 pukul 02.21 WIB. Adapun pada 21 Juni 2021 pukul 10.32 WIB matahari berada di titik balik utara dan pada 21 Desember 2021 pukul 22.59 WIB matahari berada di titik balik selatan,” kata Iis, dikutip dari detik.com, Senin (11/10/2021).

Baca juga: Begini Hari Tanpa Bayangan Dirasakan Warga Semarang…

Ketika pergerakan semu matahari terjadi, ada masa di mana matahari tepat berada di posisi paling tinggi atau kulminasi. Ketika deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama, saat itu lah hari tanpa bayangan terjadi.

“Mengingat posisi Indonesia yang berada di sekitar ekuator, kulminasi utama di wilayah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun dan waktunya tidak jauh dari saat matahari berada di Khatulistiwa. Di kota-kota lain, kulminasi utama terjadi saat deklinasi matahari sama dengan lintang kota tersebut,” jelas Iis.

Ketika fenomena itu terjadi di Semarang pada bulan Oktober, lanjut Iis, maka tidak heran suhu udara juga terasa lebih panas dibanding bulan-bulan sebelumnya. Karena memang tercatat rata-rata suhu terpanas bulan Oktober tahun mencapai 35-36 derajat Celsius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya