SOLOPOS.COM - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menandatangani kesepakatan menolak radikalisme dan intoleransi dalam peringatan Sumpah Pemuda di Stadion Mandala Krida, Sabtu (28/10/2017). (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X merayakan hari lahir Sumpah Pemuda bersama ribuan mahasiswa dan dosen di Stadion Mandala Krida, Sabtu (28/10) sore

 
Harianjogja.com, JOGJA-Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X merayakan hari lahir Sumpah Pemuda bersama ribuan mahasiswa dan dosen di Stadion Mandala Krida, Sabtu (28/10/2017) sore. Dalam kesempatan tersebut Sultan membacakan puisi salam lima jari yang berarti pancasila.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika jangan sekadar kau puja, Tapi ubahlah ia menjadi etos berbagi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Jangan kau simpan sebagai simbol ideal di peti mati, tapi gunakanlah ia panduan aktual aksi di hari kini dan nanti. Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika janganlah kau teriakkan sekadar slogan kosong, tapi gemakan suara dan tanamlah ruh kebangsaan, satukan Indonesia,” demikian puisi Sultan yang dicakan di akhir orasi kebangsaannya.

“Dengarkan dan camkanlah dan camkanlah secercah harapan pesan ini, teriring apresiasi dengan salam lima jari bagi perguruan tinggi yang tergerak bersumpah satu Indonesiaku, mengusir benci,” kata Sultan.

Sebelum berpuisi, Sultan juga berefleksi bahwa Indonesia yang dibangun dengan spirit proklamasi dan gagasan indah tentang masyarakat yang damai, adil, makmur, kini terancam menuju titik api perseteruan. Sungguh, kata Sultan, awal dari sebuah perpecahan itu kebencian. Kebencian menorehkan luka bagi yang membenci dan yang dibenci.

“Kini rakyat terus bertanya, sampai mengapa rasa damai selalu terusik oleh radikalisasi dan intoleransi? Sampai kapan hujatan, kebencian, dan kekerasan dibalut kebohongan terhenti oleh nurani? Mengapa bumi Nusantara yang Bhinneka selalu bergolak tersulut oleh mereka yang mendua hati? Bukankah kita dambakan harmoni, bukan antagoni? Bukankah setiap kita adalah satu hati bagi NKRI?” ucap Sultan.

Selain Sultan, orasi kebangsaan disampaikan oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga Yudian Wahyudi, Rektor Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa (UST( Pardimin). Hadir juga Kapolda DIY, Komandan Korem 072 Pamungkas, Kepala Kejaksaan Tinggi DIY, dan Kepala BIN DIY.

Mereka menandatangani kesepakatan bersama melawan radikalisme dan intoleransi. Peringatan Sumpah Pemuda ke-89 kemarin memang digelar dalam bentuk deklarasi kebangsaan civitas akademika se-DIY yang menolak intoleransi dan radikalisme.

Sultan mengatakan paham yang mengancam ideologi negara nyata. Namun ia enggan menjelaskan sejauh mana bahaya radikalisme dan intoleransi di DIY.

?Pardimin berharap kesepakatan bersama tidak hanya sekadar dokumen, namun diwujudkan dalam aksi nyata agar tidak memberikan tempat bagi pelaku-pelaku intoleransi.

Ia mengatakan gerakan menolak intoleransi dan radikalisme tidak ditujukan bagi kelompok tertentu. “Namun siapapun yang ingin mengganti ideologi negara perlu ada tindakan tegas,” kata Pardimin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya