SOLOPOS.COM - Santri mengikuti Apel Hari Santri Nasional di lapangan Tumapel, Singosari, Malang, Jawa Timur, Kamis (22/10/2015). Pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. (JIBI/Solopos/Antara/Ari Bowo)

Hari Santri nasional dilaksanakan tiap 22 Oktober, setelah Presiden Jokowi meresmikan Hari Santri Nasional

Solopos.com, JAKARTA–Presiden Joko Widodo resmi mendeklarasikan Hari Santri tanggal 22 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta yang dihadiri oleh pengurus, santripondok pesantren, madrasah, majelis taklim dan pejabat negara.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

“Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim saya tetapkan tanggal 22 Oktober menjadi hari santri nasional,” kata Presiden Jokowi disambut tepuk tangan ribuan santri yang hadir, Kamis (22/10/2015).

Presiden menegaskan penetapan hari santri tidak lepas dari perjuangan santri dalam merebut kemerdekaan Indonesia melalui semangat jihad kebangsaan demi cita-cita besar bangsa.

“Sejarah mencatat para santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dengan caranya masing-masing bergabung melawan penjajahan,” tutur Jokowi.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyebutkan Keppres 22/2015 tentang hari santri jadi babak baru sejarah umat Islam Indonesia. Artinya setiap tahun ke depan akan memperingati hari santri.

“Pemerintah memberikan apresiasi perjuangan kaum santri untuk memberi andil terbentuknya republik Indonesia,” katanya.

Selain itu, hari santri memberi apresiasi tinggi kepada santri yang berjasa besar terhadap negeri ini. Kaum santri selama ini termarjinalkan sebagai kelompok terbelakang. Dengan adanya hari santri diharapkan bisa mengangkat martabat mereka.

“Akan mengubah santri dari subjek komoditas politik menjadi subjek penggerak pembangunan indonesia,” jelas Menang.

Dalam rangka penguatan ekonomi, Kementerian Agama bekerja sama dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Koordinasi Penanaman Modal agar pesantren dimasukkan ke dalam program pendidikan dan peningkatan sumber daya manusia.

“Pemerintah mengupayakan agar pendidikan Islam berdaya saing lebih tinggi ditengah kompetisi global. Mereka modal besar memanfaatkan bonus demografi sekarang dan dalam satu dasa warsa ke depan,” kata Lukman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya