SOLOPOS.COM - Sejumlah wartawan Kota Madiun menitipkan telepon seluler (ponsel) mereka ke petugas sebelum masuk ke ruang acara syukuran Hari Pers Nasional 2016 di Balai Kota Madiun, Rabu (10/2/2016). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Hari Pers Nasional diperingati wartawan Kota Madiun dan pejabat Pemkot Madiun dengan acara syukuran.

Madiunpos.com, MADIUN — Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2016 di Kota Madiun diperingati dengan syukuran di Ruang 13 Balai Kota Madiun, Rabu (10/2/2016). Seluruh wartawan yang hadir dalam acara itu tidak diperkenankan membawa pesawat telepon seluler (ponsel). Mereka wajib menitipkan handphone (Hp) itu kepada petugas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seluruh wartawan yang mengikuti acara peringatan HPN 2016 di Balai Kota Madiun menyerahkan ponsel kepada petugas dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Madiun. Hp milik wartawan kemudian ditempel kertas berwarna yang bertuliskan identitas pemiliknya. Setelah menyerahkan ponsel, wartawan baru diperbolehkan masuk ruang acara.

Ekspedisi Mudik 2024

Peraturan larangan membawa ponsel itu atas instruksi Wali Kota Madiun Bambang Irianto. Menurut Bambang, peraturan larangan membawa Hp di ruang rapat itu bertujuan agar dering ponsel tidak mengganggu jalannya acara. Selain itu, peserta acara bisa fokus dalam kegiatan itu dan tidak bermain Hp.

“Ini aturan kami, tidak hanya wartawan, tetapi seluruh orang ketika mengikuti rapat di Balai Kota Madiun tidak boleh membawa Hp di dalam ruangan. Saya harap aturan ini bisa diterima. Ketika saya bertamu ke instansi lain tentu saya harus patuh aturan tuan rumah,” jelas dia kepada wartawan seusai acara peringatan HPN 2016.

Tidak Bikin Gaduh
Bambang Irianto dalam peringatan HPN 2016 itu meminta kepada wartawan untuk melakukan tugas secara profesional dan on the track. Menurut dia, kinerja wartawan di Kota Madiun selama ini cukup baik.

Profesionalisme dan on the track insan pers yang dimaksud Bambang Irianto adalah tidak membuat gaduh masyarakat Kota Madiun dengan pemberitaan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Pemberitaan yang bisa dipertanggungjawabkan berdasarkan pengertian Bambang Irianto ada;ah berita yang dipublikasikan media massa adalah berita yang positif dan disebutnya bisa membangun masyarakat.

“Kami di pemerintahan dan wartawan sebagai penyebar informasi memiliki peran dan tugas masing-masing. Saya hanya berpesan jangan ada dusta di antara kita,” ujar Bambang.

Kaus dan Sandal
Mengenai kinerja, Bambang menyindir wartawan yang sering menggunakan kaus dan sandal saat peliputan. Dia berharap, wartawan bisa menempatkan diri dengan mengenakan pakaian yang pas saat peliputan di instansi pemerintah.

“Saya kira wartawan Kota Madiun sudah cukup dewasa. Tentu, dalam melakukan peliputan tidak didasarkan pada saling benci atau terus mencari kesalahan pemerintah. Di dunia kerja itu tidak ada yang suci, pasti ada kesalahan yang pernah diperbuat,” kata Wali Kota Madiun itu.

Sulitan Dapat Data
Anggota Forum Wartawan Eks-Keresidenan Madiun (FWM), Sudarno, berharap wartawan lebih mudah mendapat informasi dan data dari Pemkot Madiun. Selama ini wartawan kesulitan mendapatkan data dan informasi yang ada di dinas.

“Banyak kepala dinas yang tidak berani memberikan data dan informasi kepada wartawan karena takut dan ada alasan harus satu pintu. Tentu ini menyulitkan wartawan dalam mencari informasi,” kata Sudarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya