SOLOPOS.COM - Dinding Monumen Joeang '45 yang berada di Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara, Klaten, menjadi sasaran vandalisme. Foto diambil Jumat (10/11/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Hari Pahlawan menjadi momentum menghargai jasa para pahlawan.

Solopos.com, KLATEN – Kabupaten Klaten memiliki sejumlah monumen sebagai penanda perjuangan para pahlawan pada masa kemerdekaan. Dari data yang dihimpun di Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Klaten, sekitar 10 monumen simbol perjuangan mengusir penjajah tersebar di wilayah Kabupaten Bersinar.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu monumen yakni Tugu Peluru yang berada di tepi Jl. Veteran, Kelurahan Bareng Lor, Kecamatan Klaten Utara. Tugu yang diresmikan pada 1953 itu merupakan tugu peringatan perjuangan Sersan Sadikin dan Kopral Sayem yang gugur ditembak pesawat terbang Belanda pada perang kemerdekaan I, Juli 1947.

Monumen lain yakni monumen Markas Besar Komando Djawa (MBKD) di Desa Kepurun, Kecamatan Manisrenggo. Monumen itu dibangun sebagai penanda kawasan tersebut pernah menjadi markas para pejuang sekitar 1948-1949 untuk menyusun strategi merebut kembali Yogyakarta pada masa agresi militer II Belanda.

Tak semua monumen penanda perjuangan mengusir penjajah itu dalam kondisi terawat dan kerap menjadi sasaran vandalisme. Seperti Tugu Obor yang berada di depan Stasiun Klaten, Kelurahan Klaten, Kecamatan Klaten Tengah. Cat pada seluruh bangunan tugu penanda perjuangan kemerdekaan 1945-1950 itu mengelupas.

Aksi vandalisme masih terjadi di Monumen Joeang 45 di Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara. Monumen itu diresmikan pada 1976 untuk mengabadikan perjuangan melawan penjajah.

Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Klaten, Sudjijo, mengatakan pemkab sudah mulai memperhatikan sejumlah monumen penanda perjuangan para pahlawan. Hal itu seperti yang dilakukan pada kawasan Monumen Joeang 45 dengan penataan kawasan tersebut.

Sudjijo mengatakan monumen atau tugu tak sekadar bangunan. “Monumen itu berfungsi untuk pembelajaran supaya nanti generasi penerus itu tahu dulu di tempat itu sejarah perjuangan itu seperti apa,” kata Sudjijo saat berbincang dengan  Jumat (10/11/2017).

Salah satu veteran, Soekardi, 67, berharap monumen-monumen penanda perjuangan pahlawan terus dirawat. “Semestinya dirawat biar tetap menarik sebagai media untuk pembelajaran generasi muda,” ungkapnya.

Terkait monumen-monumen yang tak terawat, Plt. Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengatakan sudah meminta Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Dissos P3A dan KB) untuk mengalokasikan anggaran guna perawatan monumen-monumen perjuangan termasuk taman makam pahlawan (TMP) Ratna Bantala.

“Sudah saya sampaikan setiap tahun untuk dianggarkan dana pemeliharaan monumen yang ada. Kalau saya inginnya itu setiap tahun anak-anak diajak ikut ziarah ke TMP agar mereka bisa kenal siapa saja pahlawan dari Klaten,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya