SOLOPOS.COM - Pariyem, (kiri) yang telah tinggal sebatangkara di Traban RT 003/RW 001, Desa Repaking, Kecamatan Wonosegoro, Boyolali, Minggu (30/9/2012), dibantu warga lain mendirikan bendera setengah tiang. Hal itu dilakukan untuk memperingati hari Kesaktian Pancasila pada 1 oktober 2012. (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)


Pariyem, (kiri) yang telah tinggal sebatangkara di Traban RT 003/RW 001, Desa Repaking, Kecamatan Wonosegoro, Boyolali, Minggu (30/9/2012), dibantu warga lain mendirikan bendera setengah tiang. Hal itu dilakukan sehari sebelum peringatan hari Kesaktian Pancasila. (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun 2012 di Kabupaten Boyolali diperingati dengan upacara bendera.  Demikian judul sebuah rilis yang diterima Solopos.com dari Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Boyolali, akhir pekan kemarin.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Senin (1/10/2012) pagi ini, jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali menyelenggarakan upacara bendera yang diikuti semua unsur satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di lingkungan Pemkab setempat. Selain di tingkat kabupaten, upacara serupa juga digelar di tingkat kecamatan. Sehari sebelumnya, Minggu (30/9/2012), masing-masing kantor SKPD diwajibkan mengibarkan bendera merah putih setengah tiang. Sementara hari ini, dikibarkan bendera merah putih satu tiang penuh.

Ya, penyelenggaraan upacara bendera memang kembali dipilih sebagai sarana untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila tahun ini. Sebagaimana diketahui, sejarah pernah menyebutkan tentang terbongkarnya peristiwa G 30/SPKI yang kemudian menjadi cikal bakal peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober. Sehingga setiap 1 Oktober pula, kantor-kantor instansi pemerintah maupun sekolah-sekolah, menggelar upacara nasional mengenang peristiwa tersebut.

Hari Kesaktian Pancasila, dianggap sebagai bukti bahwa Pancasila itu ampuh dan berhasil menghalau dan menumpas komunis dan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1965. Meskipun sampai kini kalangan sejarawan masih melakukan kajian-kajian terhadap tudingan pelaku pembantaian keenam jenderal dan seorang letnan tersebut.

Terlepas dari persoalan itu, sejumlah elemen masyarakat menilai perlunya tetap memaknai Hari Kesaktian Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada era pascareformasi seperti saat ini. Pancasila yang lahir dari akar sejarah budaya bangsa itu tetap diyakini mengandung nilai-nilai luhur universal yang menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia, yakni Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Mulai Luntur

Namun di sisi lain, pengamalan sila-sila dari Pancasila itu dianggap mulai luntur, sehingga diperlukan langkah-langkah untuk bisa mempertahankan dan mengembalikan nilai-nilai luhur Pancasila itu sebagai ideologi dan jati diri bangsa Indonesia.  Menurut Ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Kabupaten Boyolali, Fauzan, hingga kini Pancasila memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam masyarakat Indonesia yang majemuk.

“Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai elemen, termasuk suku, ras, agama dan sebagainya, namun Pancasila, itulah konsep dan tujuan kemerdekaan sebagai selah satu ideologi negara kita,” ungkap Fauzan saat dimintai pendapat seputar makna peringatan Hari Kesaktian Pancasila, akhir pekan kemarin.

Namun Fauzan menilai pengamalan nilai-nilai Pancasila itu pascareformasi ini sudah mulai luntur dan bahkan hilang. Contoh nyata, lanjut dia, dapat dilihat melalui sejumlah kasus yang belakangan muncul, antara lain isu sara, aksi tawuran antarpelajar, hingga teroris.

“Kalau dulu kita kenal dengan Sumpah Pemuda, ditambah sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia. Namun beberapa kasus yang muncul belakangan ini, sama sekali tidak mencerminkan hal itu,” katanya.

Hal itu tak dipungkiri pula oleh Putri Boyolali 2012, Charisma Sekar. Menurut gadis yang saat ini masih berstatus sebagai salah seorang siswi SMA Negeri (SMAN) 1 Boyolali, makna dari memperingati Hari Kesaktian Pancasila adalah suatu bentuk penghargaan atas peran Pancasila yang telah mampu menyatukan pemikiran bangsa Indonesia sehingga disepakati sebagai tujuan nasional yang hendak dicapai bangsa dan menumbuhkan semangat juang berdasarkan persatuan bangsa.

“Sebagai generasi muda, kita wajib mengamalkan dan mempertahankan nilai-nilai Pancasila itu karena merupakan ideologi dan jati diri bangsa kita,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Boyolali, S Paryanto, menyatakan mempertahankan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai ideologi dan jati diri bangsa Indonesia itu menjadi tanggung jawab bersama semua pihak.  Paryanto juga mengingatkan perlunya penanaman nilai-nilai Pancasila itu kepada masyarakat, terutama melalui proses sejak duduk di bangku sekolah. Hal itu menurut dia, seharusnya dilakukan sejak dini.

“Bukan hanya dimulai saat di bangku SD [sekolah dasar], tapi menurut saya justru di tingkat PAUD [pendidikan anak usia dini] seharusnya sudah bisa ditanamkan nilai-nilai Pancasila itu melalui kurikulum yang diajarkan di sekolah tersebut,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya