SOLOPOS.COM - Bupati Sleman, Sri Purnomo (Kanan) bersama Wakil Bupati Sleman, Yuni Satia Rahayu (dua dari kanan), menikmati jajanan lokal khas Sleman di salah satu stand Pameran Potensi Daerah, Jumat (24/4/2015). (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Sarawati).

Hari Jadi Kabupaten Sleman diperingati Jumat (15/5/2015)

Harianjogja.com, SLEMAN– Nilai-nilai budaya di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi kunci keberhasilan pemerintahan dan pembangunan berbagai sektor di daerah ini.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

“Nilai-nilai budaya adiluhung yang termanifestasikan dalam kearifan lokal masyarakat, semangat kebersamaan, gotong royong, dan peduli kepada sesama menjadi modal dasar menggerakkan roda pembangunan dan pemerintahan,” kata Bupati setempat Sri Purnomo pada upacara puncak Hari Jadi ke-99 Kabupaten Sleman, Jumat (15/5/2015).

Menurut dia, selama 99 tahun Kabupaten Sleman telah melewati berbagai dinamika baik politik, ekonomi, sosial, maupun budaya.

“Sehingga selama 99 tahun tersebut, telah membentuk kontruksi masyarakat dengan ciri khas sebagai masyarakat Sleman yang ‘Sembada’ dan menjadi bagian yang tidak terpisahakan dari Daerah Istimewa Yogyakarta,” katanya.

Ia mengatakan, masyarakat dan budaya Sleman menjadi salah satu sokoguru keistimewaan Yogyakarta. Dan sebaliknya, Keistimewaan Yogyakarta menjadi payung agung yang ngayomi, ngiyupi, dan ngayemi masyarakat dan budaya Sleman.

“Pemerintah dan masyarakat terus berupaya membumikan nilai-nilai budaya adilihung ini, dalam membangun karakter generesi Sleman yang tanggap, terampil, tangguh, berdaya saing, dan berbudi pekerti luhur. Karena itu, dalam peringatan Hari Jadi ke 99 Kabupaten Sleman kali ini, tema yang kami tetapkan adalah ‘Dengan hari jadi ke 99 Kabupaten Sleman, kita kedepankan nilai-nilai budaya dalam mewujudkan masyarakat Sleman Sembada mendukung Jogja Istimewa’,” katanya.

Sri Purnomo mengatakan, dengan bersendikan pada nilai-nilai budaya ini pula, berbagai tantangan dan hambatan yang mendera masyarakat Sleman, dapat diatasi.

“Salah satu hambatan tersebut adalah terjadinya musibah erupsi Gunung Merapai pada 2010 yang juga merupakan tahun awal pelaksanaan RPJMD tahun 2010 ? 2015. Namun dengan berlandaskan pada nilai-nilai budaya, masyarakat Sleman dapat segera bangkit, dan terus berupaya mewujudkan visi pembangunan yang kami tetapkan yaitu mewujudkan masyarakat Sleman yang lebih sejahtera, berdaya saing, dan berkeadilan gender,” katanya.

Puncak acara hari Jadi Kabupaten sleman ke 99 tahun 2015 tersebut diawali dengan kirab beberapa Bregodo di Kabupaten Sleman.

Sebanyak 51 Bregada, antara lain Cucuk lampah, Pembawa pusaka dan Rontek, Bregada BSW Gamping, Bregada Abdi dalem Kabupaten Sleman, Bregada Paguyuban Sekar Sedah, Bregada Gandrungarum Cangkringan dan lainnya.

Beberapa Bregada tersebut diberangkatkan dari lima titik , yaitu dari Pendopo Parasamya kabupaten sleman, Perempatan KPU, Ngancar Kidul, Jalan Gito-Gati dan Mulungan.

Acara diawali dengan pengambilan pusaka Tumbak Kyai Turunsih, Lambang Sleman, Bendera Mega Ngampak, Bendera Merah Putih dan Umbul-umbul yang selanjutnya dikirab menuju Lapangan Denggung.

Puncak upacara tersebut juga dipentaskan tari Tepak-Tepak Pawestri dengan 75 penari yang menggambarkan kegiatan masyarakat dalam bercocok tanam hal ini mengingatkan bahwa sebagai lumbung beras DIY Sleman perlu dipertahankan mengingat lahan pertanian saat ini terus berkurang untuk pembangunan fisik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya