SOLOPOS.COM - Salah satu kegiatan pada Peringatan Hari Gizi Nasional ke-58 Kabupaten Bantul yang dipusatkan di Balai Desa Karangtalun, Kecamatan Imogiri, Selasa (30/1/2018). (Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Konseling kesehatan, konsultasi gizi, pemeriksaan kesehatan dan sejumlah kegiatan lainnya meriahkan Hari Gizi.

Harianjogja.com, BANTUL–Keseriusan Pemkab Bantul untuk mengatasi permasalahan bayi stunting alias bertubuh pendek terlihat saat peringatan Hari Gizi Nasional ke-58 di Balai Desa Karangtalun, Kecamatan Imogiri, Selasa (30/1/2018). Acara terselenggara atas kerja sama RSUD Panembahan Senopati, Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Bantul dengan Dinas Kesehatan setempat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Dewan Pembina DPC Persagi Bantul, Agus Budi Raharja mengatakan pada peringatan hari gizi kali ini pihaknya mengangkat tema Mewujudkan Kemandirian Keluarga dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk Pencegahan Stunting. Pasalnya kekurangan gizi dan bayi stunting ini masih menjadi masalah nasional. Oleh sebab itu, pada peringatan kali ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan.

Ekspedisi Mudik 2024

Yakni konseling kesehatan masal, konsultasi gizi, kampanye gemar makan sayur dan buah, Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil, balita, dan wanita usia subur gratis. “Kami berikan perhatian serius bagi kasus ibu hamil yang menderita kekurangan energi kronis (KEK) dan bayi stunting,” katanya.

Pasalnya menurut data Dinkes Bantul, angka bayi yang kekurangan gizi di Kabupaten Bantul masih cukup tinggi. Yaitu mencapai 10,4% atau 4.987 bayi dari sekitar 50.000 bayi. Staf Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Fatma menjelaskan ada parameter untuk menentukan bayi dikategorikan stunting, yang paling utama adalah tinggi dan berat badan. Menurutnya, tinggi dan berat badan bayi dengan umurnya harus seimbang. Bahkan, untuk tinggi badan sendiri ada dua klasifikasi yaitu pendek dan sangat pendek.

Selain bayi stunting,  atensi serius juga diberikan terhadap ibu hamil (bumil) yang menderita kekurangan energi kronis. Sebab, bumil penderita KEK rentan melahirkan bayi stunting. Menurut Fatma salah satu ciri bumil penderita KEK adalah lingkar lengan atasnya kurang dari 23 sentimeter. Oleh karena itu, selama dua tahun terakhir Dinkes intens menyalurkan pemberian makanan tambahan (PMT) kepada bayi stunting dan bumil penderita KEK. “Sasarannya 600 bayi dan 300 ibu hamil,” ucapnya.
Lebih lanjut Fatma menambahkan PMT ini rutin diberikan selama 90 hari. Menurutnya, jangka waktu ini merupakan standar sebagai daya ungkit. Targetnya agar kondisi bayi stunting dan bumil penderita KEK ini kembali normal. Menurut Fatma ada dua jenis PMT yang disalurkan. Yaitu, biskuit dari Pemerintah Pusat dan bahan makanan lokal. Fatma juga menyatakan, kedua kasus ini lebih banyak disebabkan pola hidup yang tidak sehat karena tidak mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang. “Maka kami kampanyekan gemar makan sayur dan buah. Karena sekarang banyak orang yang suka makan fastfood,” tuturnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih berharap lewat peringatan hari gizi ini, seluruh elemen yang ada dapat berkolaborasi. Saling bekerja sama untuk mencegah adanya kasus stunting untuk mewujudkan masyarakat Bantul yang sehat, cerdas, dan sejahtera.  Sebab kesehatan generasi muda merupakan investasi penting untuk menciptakan SDM yang berkualitas nantinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya