SOLOPOS.COM - Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo (kanan), bersiap memulai pembangunan rumah milik warga Rejosari, Polokarto, Sukoharjo, yang sebelumnya tidak layak huni, Sabtu (28/11/2015). Ada 10 unit RTLH milik warga sekitar yang dipugar atas bantuan Bank Jateng. (Rudi Hartono/Solopos/JIBI)

Kegiatan Pemkab Sukoharjo menggelar peringatan Hari Disabilitas Internasional, Sabtu (28/11/2015).

Solopos.com, SUKOHARJO—Pemprov Jateng dan Pemkab Sukoharjo menggelar serangkaian acara memperingati Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial (BBKS) dan Hari Disabilitas Internasional (HDI) di Desa Rejosari, Polokarto, Sukoharjo, dan dihadiri ribuan warga, Sabtu (28/11/2015). Namun, kegiatan yang dihadiri Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, itu dinilai tak ramah terhadap penyandang disabilitas.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ketua Paguyuban Difabel Sehati Sukoharjo, Edi Supriyanto, saat ditemui  di kawasan kota Sukoharjo seusai mengikuti kegiatan, menyampaikan para penyandang disabilitas di Sukoharjo sangat kecewa dengan pelaksanaan acara tersebut. Dia dan rekan-rekannya merasa tidak memperingati HDI, meski sebenarnya kegiatan itu digelar untuk memperingatinya.

Sebab, pelaksanaannya sangat tidak ramah disabilitas baik dari tempat parkir, akses jalan masuk, hingga pelayanan masyarakat dan pelaksana terhadap para penyandang.

“Kami datang rombongan sekitar 200-an orang mengenakan seragam. Banyak yang mengendarai motor roda tiga. Tapi sampai di lokasi harus parkir di lapangan yang tempatnya rada jauh dari pusat acara. Waktu mau masuk ke lokasi acara tidak diperbolehkan karena katanya tempat duduknya sudah penuh. Hla itu kan acara HDI, kami yang punya gawe malah enggak boleh masuk.
Setelah petugas diberi pengertian akhirnya kami boleh masuk. Itu pun di tempatkan di pinggir panggung, jadi enggak bisa melihat sajian acara di panggung,” kata Edi diamini belasan teman-temannya sesama penyandang disabilitas.

Dia melanjutkan rekan-rekannya sangat kecewa karena kesetiakawanan sosial yang digembor-gemborkan dalam kegiatan itu hanya formalitas. Pasalnya warga sekitar yang hadir tidak setia kawan sedikit pun terhadap para penyandang disabilitas.

Mereka hanya menonton saat para penyandang ketidaksempurnaan ragawi itu masuk lokasi mencari kursi yang masih kosong namun ternyata semua kursi sudah terisi.

“Ironisnya tidak ada satu pun yang mengikhlaskan tempat duduknya untuk kami. Padahal kami ada yang berkursi roda, pakai kruk, ada yang gendong anak penderita CP [cerabral palsy]. Mana kesetiakawanannya?” imbuh Edi.

Penyandang disabilitas asal Kartasura, Sukoharjo, Wahyuningsih, 40, merasa ditelantarkan saat menghadiri peringatan BBKS dan HDI. Pengguna kursi roda itu menilai tidak ada kesetaraan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

Dia sangat kecewa karena kehadiran para penyandang disabilitas hanya dijadikan tontonan dan pelengkap acara. Selain itu pelaksana acara juga ingkar janji. Beberapa hari sebelum kegiatan panitia mengatakan akan menempatkan para difabel di lokasi khusus yang bisa diakses.

“Selain itu kami sebelumnya diminta tampil menyanyi Mars Sehati. Kami senangnya bukan main. Kami sudah beli perlengkapan pentas. Tapi sampai di lokasi dikasih tahu kami tidak jadi tampil,” kata dia.

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dinas Sosial Sukoharjo, Sarmadi, saat dimintai konfirmasi membantah panitia pelaksana menelantarkan para penyandang disabilitas.

Dia mengklaim pihaknya selalu memperhatikan kepentingan mereka. Disinggung mengenai sempat dilarangnya mereka masuk ke lokasi, menurut Sarmadi saat itu situasi sangat ramai sehingga semuanya berebut ingin masuk.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya