SOLOPOS.COM - Buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mengikuti perayaan hari buruh sedunia (May Day) di Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (1/5/2015). Dalam aksi yang diikuti ribuan buruh itu mereka menuntut melawan kebijakan upah murah dan kenaikan upah setiap lima tahun sekali, menaikkan upah minimum pada tahun 2016 sebesar 32 persen dan kebutuhan hidup layak. (JIBI/Solopos/Muhammad Adimaja)

Hari buruh diperingati setiap 1 Mei atau dikenal dengan May Day. Kritikan mengalir untuk pemerintahan Jokowi-JK

Solopos.com, JAKARTA— Buruh menganggap komitmen pemerintahan Jokowi-JK melindungi buruh nol besar. Mereka menganggap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Jusuf Kalla belum komitmen untuk menyelesaikan masalah buruh outsourcing atau alih daya.

Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI

Ahmad Ismail, Koordinator Gerakan Bersama Buruh (Geber) BUMN, mengatakan meski sudah berjalan satu semester, pemerintahan Jokowi-JK belum menunjukkan langkah nyata untuk.

“Terutama untuk pelarangan kebijakan alih daya BUMN  sebagaimana visi-misi saat pencapresan,” katanya dalam siaran pers yang diterima JIBI/Bisnis, Jumat (1/5/2015).

Ekspedisi Mudik 2024

Hal itu ditunjukkan kebiajakan Rini Soemarno sebagai Menteri BUMN, secara terang-terangan tidak mengalokasikan anggaran di program Penyertaan Modal Negara (PMN) bagi penyelesaian alih daya. Hal sama, juga terjadi pada Menteri Ketenagakerjaan.

Sejumlah nota dinas desakan dan nota pemeriksaan, tidak digubris dan tak mampu mengikat Kepatuhan BUMN untuk menjalankannya. Dan lebih ironis, Satgas alih daya BUMN yang dipimpin Kemenaker, keputusannya diabaikan.

Hingga saat ini, deretan PHK sepihak itu terus bertambah. “Terbaru, PHK di PLN sekira 300 orang, Krakatau Steel sekira 700 orang, dan BPJS Ketenagakerjaan sekira delapan orang,” ujarnya.

Pengusaha Anggap Kondusif

Pada bagian lain, pengusaha menganggap Perayaan Hari Buruh atau May Day pada 1 Mei 2015 jauh lebih aman dan terkendali jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sanny Iskandar, Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI), mengatakan belum ada gejolak atau aksi buruh anarkis seperti tahun sebelumnya. “Sesuai dengan pantauan HKI di sejumlah kawasan industri di Tanah Air, belum ada aksi massa yang melakukan tindakan meresahkan,” katanya saat dihubungi Bisnis, Jumat.

Aksi buruh terpusat di Jakarta, bukan lagi di kawasan industri dengan melakukan sweeping seperti tahun lalu. “Dengan demikian, kawasan industri cenderung aman dari ancaman perusakan seperti tahun lalu.”

Pada tahun sebelumnya, jelasnya, masih ada aksi buruh yang cenderung anarkis. Saat itu, massa buruh di sejumlah kawasan industri sempat berkelahi dengan penduduk setempat yang menganggap aksi buruh itu meresahkan.

Menurutnya, upaya pemerintah meliburkan May Day merupakan upaya yang tepat. “Dengan diliburkan, mayoritas buruh tidak memilih bergabung dengan aksi massa. Sekarang, buruh lebih memilih untuk menghabiskan libur dirumah bersama keluarga.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya