SOLOPOS.COM - Apoteker Wilayah Sragen barat mendistribusikan bantuan air bersih untuk masyarakat Sumberlawang, Sragen, Minggu (24/9/2017). (Istimewa/Kurniawan/IAI Korwil Sragen Barat)

Hari Apoteker Sedunia, para apoteker di Sragen gerah dengan banyaknya pemberitaan negatif tentang mereka.

Solopos.com, SRAGEN — Sorotan negatif terhadap kalangan apoteker terkait maraknya peredaran berbagai jenis obat keras beberapa waktu terakhir membuat mereka gerah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mereka membantah terlibat dalam peredaran bebas obat-obatan seperti PCC, Tramadol, maupun Trihexypenidil. “Saat ini banyak sorotan kepada kami terkait peredaran obat keras. Pandangan ini tidak benar. Selama ini kami sudah ikut serta memerangi obat terlarang,” ujar Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Korwil Sragen barat, Kurniawan, Minggu (24/9/2017).

Kurniawan menjelaskan obat jenis PCC tidak lagi dijual di apotek. Obat tersebut diproduksi secara ilegal dan diedarkan melalui jaringan bawah tanah.

“PCC itu kan 2013 ditarik secara resmi. Artinya kalau masih beredar berarti itu diproduksi gelap, ilegal, oleh bandar. Mayoritas pengedar hasil produksi bandar,” kata dia.

Sedangkan untuk obat jenis Tramadol dan Trihexypenidil memang tersedia di apotek. Tapi tidak semua apotek di Sragen menyediakan dua jenis obat itu.

Selain itu, pembelian Tramadol maupun Trihexypenidil di apotek bisa dilayani hanya jika ada resep dokter. “Biasanya itu hanya ada di apotek kota, dan harus pakai resep,” tutur dia.

Kurniawan menerangkan setiap apoteker terikat sumpah sehingga tak berani menjual Tramadol dan Trihexypenidil tanpa resep. “Kami terikat sumpah, tak berani,” imbuh dia.

Kurniawan mencontohkan fenomena penyalahgunaan obat batuk kemasan oleh kalangan anak muda beberapa waktu terakhir. Pembelian dalam jumlah banyak tak dilayani.

“Paling dibatasi maksimal lima sachet. Kalau mau beli sampai satu boks tidak dilayani. Karena kandungannya, bila dikonsumsi dalam jumlah banyak ada efeknya,” tambah dia.

Kendati pembelian obat batuk kemasan di apotek sudah dibatasi, masyarakat masih bisa mendapatkannya di warung atau kios. Obat tersebut dijual secara bebas.

“Beberapa remaja memang mencoba mencari-cari [di apotek]. Untuk mendapatkan efek [fly] mereka biasanya minum sampai 10 sachet, dan dicampur sama [obat] lain,” urai dia.

Sementara itu, IAI Sragen menggelar bakti sosial (baksos) penyaluran air bersih, Minggu siang. Bantuan tiga tangki air bersih disalurkan ke tiga desa di Kecamatan Sumberlawang.

“Aksi ini sekaligus untuk menyambut Hari Apoteker Sedunia pada 25 September 2017,” kata Kurniawan.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Sragen, Hargiyanto, mengapresiasi kesadaran para apoteker untuk menyekat ruang peredaran obat-obatan keras berbagai jenis. Menurut dia, peran apoteker sangat strategis untuk mencegah penyalahgunaan obat, termasuk obat batuk kemasan yang dijual bebas.

Salah satunya dengan membatasi jumlah pembelian obat batuk tersebut. “Terkait obat batuk ini kan kategorinya penyalahgunaan konsumsi. Apa yang dilakukan teman-teman apoteker sudah tepat dengan membatasi jumlah pembelian,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya