SOLOPOS.COM - Kampanye Pencegahan AIDS Laras Hati, Senin (1/12/2014). (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Hari AIDS 2015 diperingati dengan terus mensosialisasikan pencegahan penyebaran HIV-Aids

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Kepala Bidang Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul Sumitro mengakui minat masyarakat mendeteksi penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV)- Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) masih kurang. Meski belum menunjukkan data pasti, ia berpendapat hal itu bisa dilihat kepesertaan tes yang dilakukan pihak RSUD Wonosari atau di 13 puskesmas di Gunungkidul.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sudah banyak yang ikut, tapi intensitasnya perlu ditingkatkan lagi,” kata Sumitro saat dihubungi Harianjogja.com, Minggu (29/11/2015).

Dia menjelaskan, tes itu dilakukan sebagai upaya pencegahan. Pasalnya jika ada masyarakat yang terinfeksi virus tersebut maka langsung dilakukan penanganan sehingga potensi penyebaran bisa dikurangi.

“Jangan khawatir karena kerahasiaan pasien sangat terjamin. Jika ada yang membocorkan rahasia itu bisa diancam dengan pidana sesuai dalam Peraturan Gubernur DIY,” ungkapnya.

Upaya tes untuk pencegahan bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, masyarakat mendatangi ke klinik Voluntary Counseling Test (VCT) yang ada di sejumlah tempat, semisal RSUD. Tes kedua menggunakan model konseling tes inisiatif petugas (KTIP). Cara itu dilakukan menggunakan bantuan konselor, untuk sasaran yang dituju masyarakat yang berpotensi terpapar penyakit, khususnya infeksi menular seksual (IMS).

“Perbedaan dua tes ini, untuk VCT merupakan inisiatif masyarakat, sedang yang KTIP ada motivasi dari petugas sehingga masyarakat mau melaksanakan tes itu. pada prosesnya, petugas juga tidak bisa memaksa, karena kesadaran itu sepenuhnya berada di tangan masyarakat,” terang dia.

Lebih jauh dikatakan Sumitro, pihaknya juga mendorong ibu hamil untuk melakukan tes deteksi dini HIV-AIDS. Langkah itu diambil untuk meminimalisir bayi yang ada di kandungan terserang virus mematikan ini.

Data dari Komisi Penanggulangan AIDS Gunungkidul, dari 176 penderita HIV-Aids, sebanyak 14 pasien terserang karena proses ibu melahirkan.

“Jika ada ibu yang positif maka bisa diambil tindakan agar virus itu tidak menural ke buah hatinya. Untuk pencegahan, kami juga telah melakukan sosialisasi ke desa-desa dengan sasaran warga dengan retang usia 15-24 tahun,” katanya lagi.

Sementara itu, konsultan pendampingan pengidap HIV-Aids Rini Sanjaya mengaku pendampingan yang dilakukan dengan sukarela. Ia tidak bisa memaksa seseorang melakukan tes meski memiliki potensi tinggi tertular penyakit tersebut.

“Yang bisa kita lakukan dengan memberikan motivasi sehingga orang itu sadar dan melakukan tes,” kata Rina, Sabtu (28/11/2015).

Dia menjelaskan, dalam menjalankan tugasnya itu para konselor memiliki kode etik yang harus dijalankan. Salah satunya, petugas tidak boleh membeberkan identitas pasiennya.

“Secara etika kami harus merahasiakan mereka. di Gunungkidul juga ada komunitas penderita HIV-AIDS, tempat dimana mereka bertukar pikiran dan melakukan berbagai kegiatan,” katanya lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya