SOLOPOS.COM - Meriahnya kampanye pencegahan HIV/AIDS di Kediri, Minggu (1/2/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Rudi Mulya)

Hari AIDS menjadi momentum untuk warga Gunungkidul mulai peduli terhadap penyakit yang telah membunuh 10 orang di wilayah tersebut.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Jumlah penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV)- Acquired Immunodeficiency Syndrome (Aids) di Gunungkidul tiap tahunnya terus bertambah. Bahkan hingga sekarang ada sepuluh penderita yang meninggal karena penyakit yang menyerang kekebalan tubuh itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi RSUD Wonosari Aris Suryanto mengatakan, hingga saat ini ada 200 warga yang melakukan Voluntary Counseling Test (VCT). Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah yang bersangkutan terpapar virus atau tidak.

“Kalau dilihat perkembangannya, makin banyak orang yang sadar untuk melakukan tes itu,” kata Aris kepada Harian Jogja, Sabtu (28/11/2015).

Namun demikian, meski kesadaran tersebut makin tinggi, Aris mengakui jika jumlah penderita HIV-Aids di Gunungkidul terus bertambah. Bahkan hingga akhir November ini ada sepuluh pasien yang meninggal karena serangan virus mematikan tersebut.

“Untuk  pasien yang melakukan pengobatan rutin di RSUD ada 45 orang,” ungkapnya.

Aris menambahkan, meski belum ada obat yang sepenuhnya bisa menyembuhkan, pemberian obat Antriretoviral (AVR) cukup efektif menghambat perkembangan penyakit. Namun untuk pencegahan terbaik dengan jalan melakukan hubungan seks secara aman, tidak berbagi jarum atau peralatan menyuntik serta menjalankan pola hidup sehat.

Data dari Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Gunungkidul sejak 2006 lalu hingga Maret 2015 ada 176 penderita. Rinciannya 110 merupakan pengidap Aids dan 66 pasien terserang HIV.

“Data yang terbaru kami belum pegang, karena kami masih harus menunggu rilis resmi dari Dinas Kesehatan DIY. kami sudah menanyakan ke mereka, namun katanya masih dalam proses pengolahan data,” kata Petugas KPA Gunungkidul Dwi Nuryanto saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (29/11/2015).

Dia menambahkan, kasus kematian yang terjadi lebih dikarenakan kekebalan tubuh pasien menurun drastis, sehingga penyakit penyerta mudah menjalar ke seluruh tubuh. Beberapa penyakit penyerta yang muncul antara lain TBC dan Kandidiasis Oral atau yang dikenal dengan nama jamur mulut.

“Pasien yang telah terpapar [baik itu Aids atau HIV] harus rutin melakukan pengobatan. Jika tidak, maka kekebalan tubuh terus menurun sehingga mudah terserang penyakit kemudian meninggal dunia,” kata Dwi lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya