SOLOPOS.COM - Ilustrasi Petani Merawat Tanaman Tembakau (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Petani Merawat Tanaman Tembakau (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Petani Merawat Tanaman Tembakau (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI–Kalangan petani di wilayah Kecamatan Cepogo, Boyolali  nekat menanam tembakau meskipun sudah dua tahun terakhir ini harga tembakau hancur. Bahkan petani pun rela merugi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Salah satu petani tembakau di Dusun Sambungrejo, Mliwis, Cepogo, Muhaimin, menyampaikan tahun ini dia menanam 4.000 batang pohon tembakau.

“Dengan biaya Rp3 juta, hanya laku Rp900.000. Otomatis saya rugi,” kata Muhaimin, saat ditemui Solopos.com, Rabu (27/11/2013).

Menurutnya, jatuhnya harga tembakau karena kualitas panenan tembakau kurang bagus akibat musim yang tidak bersahabat. “Saatnya panen malah hujan. Ya sudah, tembakaunya langsung jadi rosok,” kata dia.

1.140 Hektare

Meskipun sudah merugi, untuk musim tanam kali ini pihaknya masih berencana menanam tembakau. Hal senada disampaikan Sekretaris Desa Mliwis, Hardani. Menurut dia, harga tembakau yang anjlok serta aturan Undang-undang yang mengatur tanam tembakau tidak mempengaruhi semangat petani menanam tembakau. “Memang komoditas utama petani di wilayah ini adalah dari tembakau. Petani sudah tidak bisa mengandalkan cengkih.”

Soal harga tembakau yang sudah tidak menjanjikan, menurut Hardani, disebabkan karena harga jual tembakau ditentukan oleh para pengusaha rokok, bukan dari petani sendiri. “Kalau tiga tahun lalu satu petak tembakau bisa dapat uang Rp5 juta, sekarang mungkin hanya Rp1 juta.”

Musim yang kurang baik, membuat kualitas tembakau menjadi kurang maksimal. Kadar air terlalu tinggi, sehingga untuk 1 kwintal tembakau basah jika biasanya bisa menjadi 12 kilogram tembakau kering, saat ini hanya 8 kilogram atau 9 kilogram tembakau kering.

Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Cepogo, Dwi Hartono, menyampaikan tembakau menjadi komoditas utama petani di Cepogo. Pihaknya pun heran, meskipun harga tembaku kurang bergairah tetapi petani tetap nekat tanam tembaka.  “Tembakau ibaratnya sudah mendarah daging bagi petani Cepogo. Bahkan petani rela jual ternak dan mobil demi mendapat modal tanam tembakau.”

Dari lima belas desa yang ada di Cepogo, luas lahan tanam tembakau mencapai 1.140 hektare dengan produktivitas mencapai 61.030 kwintal atau rata-rata 52 kwintal hingga 53 kwintal per hektare. “UU pertembakauan yang mengamanatkan agar petani mengurangi luas areal tanam tembakau tidak berdampak signifikan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya