SOLOPOS.COM - Pedagang menata telur di sebuah kios di Pasar Bunder, Sragen, Sabtu (21/12/2019). (Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Harga telur di Pasar Bunder Sragen merangkak naik dalam beberapa hari terakhir. Telur yang biasa dijual seharga Rp19.000/kg naik menjadi Rp23.500/kg pada Sabtu (21/12/2019).

Ratna, 45, pedagang telur di kios Pasar Bunder, Sragen, mengatakan naiknya harga telur itu memengaruhi minat pembeli. Pembeli bisa memborong lebih banyak telur dari kiosnya saat harganya murah. Tetapi saat harganya naik, para pembeli memilih berhemat belanja telur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Yang jelas ada penurunan penjualan telur hingga 25% di bandingkan hari-hari biasanya. Rata-rata yang datang ke sini pada kaget begitu tahu harga telur naik jadi Rp23.500/kg,” jelas Ratna saat ditemui Solopos.com di Pasar Bunder.

Kenaikan harga telur itu, kata Ratna, merupakan hal lumrah menjelang Natal dan Tahun Baru. Selain itu, kenaikan harga telur juga dipengaruhi naiknya harga pakan ayam, terutama jagung.

“Jadi di kalangan peternak juga mengeluh karena harga pakan naik. Imbasnya, harga telur ikut naik. Apalagi menjelang Natal dan Tahun Baru seperti ini. Biasanya banyak pembeli ingin membuat kue untuk memeriahkan Natal,” terang Ratna.

Meski mengalami penurunan omzet, Ratna tidak mengurangi pasokan telur di kiosnya. Setiap hari, dia tetap menyetok telur hingga empat ton. Dia berharap harga telur bisa kembali normal sehingga stok komoditas pasar itu cepat laku terjual.

“Biasanya kalau sudah H-7 jelang Natal, harganya akan stabil tinggi. Setelah Tahun Baru, baru turun lagi,” ucapnya.

Hal senada disampaikan Yatmi, 50, pedagang telur lainnya. Menurutnya, saat harga komoditas pangan lain stabil, harga telur justru naik. Kenaikan harga telur itu sudah terjadi dalam tiga hari terakhir.

“Karena harga masih mahal, saya tidak menyetok banyak telur. Saya menyetok tidak lebih dari 250 kg karena pembeli juga berkurang saat harga mahal seperti ini. Biasanya saya menyetok hingga 500 kg,” papar Yatmi.

Parti, 49, seorang pembeli terpaksa mengurangi belanja telur karena harganya yang cukup mahal. Pedagang kelontong itu biasa membeli telur di Pasar Bunder sebanyak 5 kg. Kali ini, dia hanya membeli 2 kg.

“Meski berat, tetap harus beli karena telur itu tetap dicari para tetangga yang mampir ke warung kelontong di rumah,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya