SOLOPOS.COM - Karyawan salah satu tempat produksi roti di Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara memotong roti seusai proses produksi, Selasa (28/12/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Melonjaknya harga telur ditambah naiknya harga elpiji nonsubsidi memusingkan para pengusaha roti. Mereka menghitung ulang harga jual roti agar tak merugi seiring naiknya harga sejumlah komponen utama untuk produksi.

Kondisi itu terjadi di kampung roti Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara. Di desa tersebut ada sekitar enam tempat produksi roti.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu karyawan tempat produksi Roti Bu Basuki Desa Jonggrangan, Tri Oktaviani, menjelaskan ada tiga komponen bahan baku serta bahan bakar produksi roti. Ketiga komponen itu yakni telur dan mentega untuk bahan baku serta elpiji 12 kg untuk bahan bakar. Harga ketiga komponen itu belakangan naik.

Baca Juga: Emak-Emak Desa Sawit Klaten “Sulap” Batang Lompong Jadi Lompong Crispy

Via menjelaskan telur biasanya dipasok langsung dari peternak. Selama dua pekan terakhir, harga telur dari peternak merangkak naik dan kini mencapai Rp28.000 per kg dari harga normal Rp20.000-Rp23.000 per kg. Sementara, rata-rata per hari untuk proses produksi roti membutuhkan 45 kg telur.

Selain telur, harga mentega merangkak naik. Harga mentega melonjak sepekan terakhir dari semula Rp277.000 per kardus menjadi Rp305.000 per kadus. Kondisi itu ditambah dengan naiknya harga elpiji nonsubsidi per Sabtu (25/12/2021).

Dalam sehari, tempat produksi roti itu menggunakan lima tabung elpiji ukuran 12 kg. Sejak Sabtu, harga elpiji ukuran 12 kg naik dari semula Rp145.000 per tabung menjadi Rp165.000 per tabung. “Karena pertimbangan kenaikan ketiga komponan itu, kami memperhitungkan lagi dengan harga roti kami naikkan. Untuk ukuran kecil naik Rp500 sementara ukuran besar naik Rp1.000,” kata Via saat ditemui wartawan di tempat produksi roti, Selasa (28/12/2021).

Baca Juga: Resmikan Waduk Pidekso Wonogiri, Jokowi:  Waduk Kunci Ketahanan Pangan

Via mencontohkan sebelum ada kenaikan ketiga komponen tersebut, harga jual roti ukuran kecil Rp20.500 dan kini menjadi Rp21.000. Sementara, roti ukuran besar dari semula Rp41.000 menjadi Rp42.000. Kenaikan harga jual roti itu terjadi sejak pekan ini. “Produksi roti di sini di antaranya cake marmer dan pisang keju,” kata dia.

Usaha roti itu memilih menaikkan harga roti ketimbang mengurangi kuantitas bahan baku untuk produksi. Pasalnya, ukuran bahan baku bakal memengaruhi kualitas roti yang dibikin. “Kalau dari kami harapannya harga-harga bisa pulih lagi, kembali stabil. Masyarakat tidak resah dengan harga beberapa komponen saat ini mengalami kenaikan,” jelas dia.

Kepala Desa Jonggrangan, Sunarno, mengatakan di desanya ada enam pengusaha roti. Mereka seluruhnya juga terdampak kenaikan harga bahan baku maupun bahan bakar. “Pastinya mengagetkan juga. Dari harga telur, mentega, serta elpiji naik semua. Padahal itu vital untuk usaha produksi roti,” kata Sunarno.

Baca Juga: Waduh! Angka Perceraian di Klaten Tahun Ini Naik Tajam

Salah satu warga Desa Jonggrangan, Yudit, mengatakan sebelum Desember harga telur masih berada pada kisaran Rp20.000-Rp23.000 per kg dan pernah pada harga Rp18.000 per kg. Saat ini, harga telur di pasaran berkisar Rp30.000 per kg.

“Tentunya memberatkan apalagi yang punya balita. Anak itu paling mudah lauknya pakai telur. Kalau harga telur naik ditambah harga minyak dan ayam kini juga naik ya pintar-pintarnya mengelola uang agar kebutuhannya tetap tercukupi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya