SOLOPOS.COM - Pantai Toroudan di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari yang belum dikelola.(JIBI/Harian Jogja/Kusnul Istiqomah)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL— Tingginya harga dinilai menjadi pemicu maraknya penjualan tanah di kawasan pesisir Selatan. Namun hal itu dinilai tidak sebanding dengan kerugian yang akan ditanggung masyarakat di masa yang akan datang.

Berdasarkan penelusuran Harianjogja.com, harga tanah di pesisir Selatan Gunungkidul bervariasi. Mulai dari Rp120.000 hingga Rp1,2 juta per meter perseginya.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Padahal dua tahun sebelumnya harga tanah hanya berkisar Rp50.000 per meternya. Tingginya harga tanah ini mau tidak mau menjadikan hanya orang-orang kaya yang nanti akan menentukan masa sekaligus paling menikmati masa depan pesisir Gunungkidul.

Camat Purwosari Hery Sukaswadi mengaku sudah sekitar 50% lahan warga yang dijual dengan harga per meter kisaran Rp500.000 per meter. Para pemodal besar dari luar Gunungkidul banyak yang berbisnis di wilayahnya.

Hery tengah berupaya memberikan penyadaran kepada warga untuk tidak menjual tanahnya karena Purwosari merupakan gerbang alternatif wisata masuk ke Gunungkidul jika jalur tengah padat.

“Terlebih jika Bandara Kulonprogo jadi, maka Purwosari bakal kena dampak ramai lintasan dari Bantul,” tandas Hery.

Tingginya harga tanah pesisir juga diamini Kepala Desa Tepus, Broto Riyanto. “Sekarang Rp500.000 per meter pun sudah jarang, maunya lebih dari harga itu,” kata Kepala Desa Tepus Broto Riyanto.

Kenaikan harga tersebut, kata Riyanto setelah terkenalnya Pantai Pulangsawal atau lebih dikenal Indrayanti dan Pantai Poktunggal. Menurut dia sudah banyak orang yang mencari tanah baik dari Gunungkidul maupun luar daerah Gunungkidul. Padahal harga tanah di wilayah Tepus, dua tahun yang lalu, kata Broto, hanya Rp50.000.

Namun untuk apa pembelian tanah itu, Broto tidak mengetahui. “Alasannya ada yang untuk bisnis, ada yang untuk tempat tinggal,” kata Broto. Ia mengaku tidak bisa melarang jual beli tanah karena itu hak warga. “Paling hanya bisa menyarankan kalau bisa jangan dijual karena daerah ini bakal ramai,” tandas Broto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya