SOLOPOS.COM - Warga melintas di depan salah satu perumahan di Dukuh Panjang Rejo, Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Jumat (6/6/2014). Perumahan tersebut adalah satu satu dari perumahan yang berdiri di daerah itu. (Ivan Andi Muhtarom/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO–Harga tanah di Dukuh Panjangrejo, Desa Palur, naik tajam sebesar 300 persen dibanding pada 2012. Pasalnya, wilayah itu kini menjadi salah satu lokasi perumahan strategis di kawasan Mojolaban. Harga tanah di wilayah itu kini menjadi Rp1 juta per meter persegi.

Kadus V Palur, Mujiyanto, 34, saat ditemui Solopos.com di balai desa setempat, Jumat (6/6), mengatakan perkembangan perumahan di daerah Dusun V sudah terjadi sejak 2012. Hingga kini, kata dia, tak kurang dari 200 rumah baru telah berdiri di daerah itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Dusun V itu meliputi Dukuh Jogobondo, Panjang Rejo, Kedungaron dan Punthuk. Yang paling banyak perumahan ya di Panjang Rejo,” kata dia.

Ia menjelaskan, kenaikan harga di Dukuh Panjang Rejo tergolong signifikan. Pasalnya, pada 2012, warga pemilik tanah hanya menjual tanah mereka dengan harga Rp250.000 per meter persegi.

“Sekarang harganya mencapai Rp1 juta per meter persegi. Naiknya banyak dan cepat,” kata dia.

Selain di Dukuh Panjang Rejo, pengembangan perumahan juga terjadi di Dukuh Jogobondo. Menurut dia, peningkatan harga tanah di daerah itu juga cukup pesat.

“Dulu harganya Rp150.000-Rp200.000 per meter persegi. Sekarang, harganya bisa Rp750.000. Itu saja kadang enggak dikasih sama pemiliknya,” paparnya.

Menurutnya, kenaikan harga tanah dipicu oleh keberadaan perumahan. Ia yakin, harga tanah otomatis naik jika ada pengembang perumahan yang merambah suatu daerah.

“Pemilik tanah ada yang dari sekitar sini, ada juga yang jauh. Saya melihat dua dukuh itu tambah maju. Mungkin karena mereka kedatangan orang-orang dengan sumber daya manusia (SDM) yang lebih menonjol. Masyarakat suka harga tanah naik,” ujar dia.

Sementara itu, Kades Palur, Samidin, ketika ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Jumat, berpendapat kenaikan harga tanah di Dusun V terjadi karena adanya palang pintu rel kereta api di daerah tersebut.

Menurutnya, setelah PT Kereta Api Indonesia (KAI) memasang palang pintu, harga tanah di selatan rel meningkat. “Mungkin karena warga merasa lebih aman, jadi harganya naik,” kata dia.

Secara pribadi, ia mengaku kurang setuju jika wilayah Desa Palur dikembangkan untuk perumahan. Pasalnya, masih ada tanah seluas 200 hektare di desa itu yang tergolong subur dan produktif. “Luas total wilayah Desa Palur adalah 440 hektare. Jadi ya termasuk luas. Saya inginnya tetap jadi lahan pertanian. Tetapi kalau ada pengembang yang membeli lahan kuning, kami tidak bisa menghalangi,” cetusnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya