SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harga tanah tak masuk akal, investor lokal tak mampu berinvestasi.

Harianjogja.com, KULONPROGO–Mahalnya harga tanah di Kulonprogo menjelang berdirinya New Yogyakarta International Airport (NYIA) membuat investor mengurungkan niat untuk berinvestasi di Bumi Menoreh. Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kulonprogo telah menerima keluhan investor secara langsung.

Promosi Mi Instan Witan Sulaeman

Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Kulonprogo, Sumantoyo mengungkapkan akibat mahalnya harga tanah di Kulonprogo membuat beberapa rekanannya mengurungkan niat untuk membangun hotel atau restoran di Kulonprogo. “Dari investor restoran hingga hotel mengaku dengan harga tanah yang tinggi belum berani menginvestasikan dana di Kulonprogo,” ungkapnya, Selasa (13/3/2018).

Sejak rencana pembangunan bandara muncul, Menurut Sumantoyo jumlah investor yang berencana membuka usaha di Kulonprogo selalu meningkat. Namun besarnya minat investor untuk menanamkan modal di Kulonprogo tersebut harus terganjal dengan harga tanah yang juga ikut merangkak naik.

Ekspedisi Mudik 2024

“Baik dari hotel dan restoran, sekitar ada lima investor yang gagal investasi di Kulonprogo, dan itu yang laporan ke PHRI Kulonprogo,” katanya.

Sementara Menurut Sumantoyo, pengusaha asal Kulonprogo saat ini hanya diam dan menunggu momen yang tepat kapan akan menginvestasikan dana untuk di Kulonprogo. “Entah gabung dengan orang lain atau menunggu tanah turun, yang jelas pengusaha di Kulonprogo hanya berdiam dan menunggu momen,” katanya.

Atas kenaikan harga tanah yang tak terkontrol ini, Sumantoyo menilai bahwa pengusaha kelas kecil dan menengah yang menjadi korban. Menurutnya dengan harga tanah yang bisa mencapai Rp5 juta per meter itu hanya dapat dijangkau oleh investor kelas kakap yang berasal dari luar Kulonprogo.

Baca juga :

“Selama ini perhotelan di Kulonprogo tidak ada yang berbintang, jadi investornya hanya orang Kulonprogo, dan dengan harga tanah seperti itu, investor pasti dari luar Kulonprogo,”katanya.

Lebih lanjut, Sumantoyo juga juga menilai bahwa masyarakat Kulonprogo pasti akan aji mumpung untuk menjual tanah mereka dengan harga setinggi-tingginya. Padahal dengan kondisi investor dari luar Kulonprogo yang mampu membeli maka kian lama warga Kulonprogo sendiri yang akan terjebak karena permodalan dikuasai oleh pihak luar Kulonprogo.

“Jika penjualan kepada pihak luar dilakukan dan tidak ada campur tangan pemerintah, secara lambat tapi pasti akan berbalik mendesak masyarakat lokal,” katanya.

Sementara Kepala DPMPT Kulonprogo, Agung Kurniawan membenarkan bahwa harga tanah yang tidak wajar bakal mempengaruhi minat pengusaha untuk berinvestasi. Pasalnya investor bakal mengkalkulasi kembali apakah harga tanah yang mahal pantas dibeli untuk investasi di Kulonprogo, dan menyambut peluang bisnis akibat dibangunnya bandara NYIA.

“Yang menjadi masalah kalau harga tanah bergerak tidak wajar yang mempengaruhi minat pengusaha untuk datang dan berinvestasi di Kulonprogo,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya